KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Unilever Indonesia Tbk (
UNVR) mencatat lonjakan liabilitas di akhir semester pertama tahun 2024. Emiten barang konsumsi ini mencatat total liabilitas Rp 16,86 triliun per akhir Juni 2024. Total liabilitas UNVR bertambah Rp 3,59 triliun atau meningkat 27,03% ketimbang posisi akhir 2023 yang sebesar Rp 13,28. Berdasarkan laporan keuangan Unilever yang dipublikasikan Rabu (24/7), peningkatan liabilitas ini terutama karena lonjakan utang lain-lain baik itu terhadap pihak ketiga maupun pihak berelasi. Utang lain-lain pihak ketiga UNVR naik 38,32% menjadi Rp 2,31 triliun. Sedangkan utang lain-lain pihak berelasi UNVR mencapai Rp 3,11 triliun dari sebelumnya Rp 708,47 miliar. Kedua utang ini merupakan utang dividen tahun buku 2023 yang baru dibayarkan pada 18 Juli 2024.
Utang dividen pemegang saham publik sebesar Rp 610,95 miliar per akhir Juni 2024. Sedangkan utang dividen pihak berelasi yakni terhadap Unilever Indonesia Holding BV yang mencapai Rp 2,37 triliun. Jumlah aset UNVR pada semester I 2024 ini sebesar Rp 19,72 triliun atau meningkat 18,37% ketimbang posisi akhir 2023. Sementara jumlah ekuitas UNVR justru menurun 15,68% menjadi Rp 1,85 triliun.
Baca Juga: Analis Menyebut Unilever Indonesia (UNVR) Masih Bisa Catat Kinerja Positif Dari sisi operasional, pendapatan dan laba bersih Unilever Indonesia turun di semester I 2024. Pendapatan UNVR di paruh pertama 2024 turun sebesar 6,16% menjadi Rp 19,04 triliun. Sedangkan laba bersih Unilever turun 10,54% menjadi Rp 2,46 triliun. Laba Unilever turun lebih dalam ketimbang pendapatan karena penurunan beban yang lebih kecil. Beban pokok pendapatan UNVR turun 5,89% menjadi Rp 9,57 triliun. Sebelumnya pada periode yang sama tahun 2023 beban pokok UNVR tercatat Rp 10,17 triliun. Sehingga laba bruto UNVR juga turut mengalami penurunan 6,42% menjadi Rp 9,46 triliun. Penjualan segmen
home and personal care serta segmen makanan dan minuman sama-sama turun. Penjualan segmen
home and personal care turun 7,32% menjadi Rp 12,28 triliun. Sedangkan penjualan segmen makanan dan minuman turun 3,98% menjadi Rp 6,76 triliun.
Baca Juga: Aksi Boikot Masih Mempengaruhi Kinerja Unilever (UNVR) di Semester I 2024 Presiden Direktur Unilever Indonesia Benjie Yap menjelaskan, pada paruh pertama 2024 ini UNVR menangani beberapa tantangan jangka pendek. Meski begitu, UNVR juga terus mencatatkan kemajuan di bagian-bagian yang penting bagi masa depan. "Kami tetap teguh pada upaya untuk membangun bisnis dengan cara memperkuat fundamental, mengutamakan peningkatan daya saing brand kami, serta mendorong efisiensi biaya untuk mendongkrak profitabilitas," kata dia, Rabu (24/7). Benjie menambahkan, hingga saat ini aksi boikot masih mempengaruhi kinerja UNVR. Meski begitu, dampak dari aksi boikot ini sudah jauh lebih landai jika dibandingkan pada bulan November 2023 hingga Desember 2023. "Kami tetap mencoba menjangkau konsumen lebih dalam, berbagai upaya juga telah kami lakukan dan saat ini kami merasa sudah jauh lebih baik," ujarnya.
Baca Juga: Hindustan Unilever Membukukan Pertumbuhan Laba 2,7% Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta berpendapat, pendapatan UNVR masih relatif bagus meski menurun. Nafan juga melihat masih ada harapan untuk UNVR bisa tumbuh. "Untuk prospeknya diperkirakan masih bisa tumbuh seiring adanya sentimen positif dari harapan pelonggaran kebijakan moneter," kata Nafan kepada Kontan.co.id, Rabu (24/7).
Nafan mengatakan, adanya kelonggaran kebijakan moneter akan meningkatkan daya beli masyarakat. Di sisi lain Nafan melihat UNVR juga sudah terus berupaya untuk berinovasi dalam mengembangkan bisnisnya. "Mungkin yang masih menjadi sentimen negatifnya itu masih adanya aksi boikot yang mempengaruhi kinerja UNVR karena diduga adanya keterkaitan dengan Israel," ucapnya. Nafan merekomendasikan untuk
hold pada saham UNVR dengan target harga Rp 2.750 per saham. Rabu (24/7), harga saham UNVR turun 0,37% ke Rp 2.720 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati