Ini Sebab Pendapatan PT Timah (TINS) Anjlok 33% dan Berbalik Merugi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2023, PT TIMAH Tbk (TINS) mengalami penurunan dalam kinerja operasi dan keuangan. Dari sisi operasi, TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 14.855 ton. Produksi ini turun 26% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 20.079 ton. 

Adapun produksi logam timah sebesar 15.340 metrik ton atau turun 23% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 19.825 metrik ton. Penjualan logam timah sebesar 14.385 metrik ton atau turun 31% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 20.805 metrik ton.

Harga jual rerata logam timah juga turun. Harga logam timah TINS rata-rata US$ 26.583 per metrik ton atau lebih rendah 15,54% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 31.474 per metrik ton. 


Penurunan volume penjualan logam timah dan harga jual rata-rata berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan PT Timah di tahun 2023. PT Timah membukukan pendapatan sebesar Rp 8,4 triliun, EBITDA sebesar Rp 684,3 miliar dan rugi tahun berjalan sebesar Rp 449,7 miliar. 

Pendapatan TINS merosot 32,88% ketimbang tahun 2022 yang mencapai Rp 12,50 triliun. Pada tahun 2022 lalu, PT Timah juga masih mencatat laba Rp 1,04 triliun.

Baca Juga: TINS Bukukan Pendapatan Rp 8,4 Triliun, Tata Kelola dan Niaga Timah Terus Diperbaiki

Posisi nilai aset PT Timah pada tahun 2023 sebesar Rp 12,8 triliun. Sementara liabilitas sebesar Rp 6,6 triliun, naik 9,7% dibandingkan posisi akhir tahun 2022 sebesar Rp 6,0 triliun. Di samping itu, pinjaman bank dan utang obligasi pada akhir tahun 2023 menjadi Rp 3,5 triliun dari sebelumnya Rp 2,8 triliun.

Posisi ekuitas sebesar Rp 6,2 triliun, turun 11% dibandingkan posisi akhir tahun 2022 sebesar Rp 7 triliun seiring kerugian emiten tambang pelat merah ini.

Selain karena penurunan volume penjualan dan penurunan harga jual rerata timah, TINS mengatakan lambatnya pemulihan perekonomian global dan domestik, lemahnya permintaan timah karena tingginya persediaan LME berdampak pada menurunnya ekspor timah Indonesia sejak tahun 2022 sampai dengan saat ini. 

Baca Juga: Kasus Korupsi Komoditas Timah yang Menyeret Helena Lim Rugikan Negara Rp 271 Triliun

“Selain itu, penambangan timah tanpa izin yang terjadi di Bangka Belitung akibat tata kelola pertimahan yang belum membaik, berdampak negatif pada bisnis pertimahan di Indonesia khususnya PT Timah,” ungkap Fina Eliani Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT TIMAH Tbk dalam keterangan tertulis yang dilansir dari Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (28/3).

Dia menambahkan di tahun 2024 ini, PT Timah akan fokus pada peningkatan produksi melalui penambahan alat tambang dan pembukaan lokasi baru, strategi recovery plan dan program efisiensi berkelanjutan. 

Sebagai tambahan, sampai dengan akhir tahun 2023, TINS telah mencatatkan ekspor timah sebesar 92% dengan 6 besar negara tujuan ekspor meliputi Jepang 17%, Korea Selatan 13%, Belanda 11%, India 9%, Taiwan 9%, dan Amerika Serikat 8%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati