JAKARTA. PT Perusahaan Listrik negara (persero) tengah mengejar target pembangunan megaproyek 35.000 megawatt (MW). Seluruh perusahaan pembangkit listrik atau independent power producer (IPP) dari seluruh negara pun diundang ikut serta dalam tender proyek listrik yang ditargetkan selesai pada tahun 2019 tersebut. Namun hingga saat ini PLN mencatat hanya ada dua pemain besar yang berhasil memenangi tender proyek 35.000 MW. Kedua negara tersebut adalah China dan Jepang. Nicke Widyawati, Direktur Perencanaan Korporat PLN bilang jika dilihat dari negara partisipan pada penandatanganan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik atau Power Purchase Agreement (PPA) dan Engineering, Procurement, Construction (EPC) hingga akhir tahun 2015 yang mencapai 17.300 MW, sebesar 46% dikuasai oleh IPP asal China. Sementara sebesar 30% dikuasai oleh IPP dari Jepang dan sisanya sekitar 24% merupakan perusahaan asal Korea, Turki, Amerika, Malaysia, dan Indonesia. PLN pun pada semester pertama 2016 memasang target bisa melakukan penandatanganan PPA mencapai 15.533 MW yang terdiri dari 37 proyek. Nicke tidak menampik dengan perlambatan ekonomi yang tengah terjadi di negeri tirai bambu itu, IPP asal China akan berlomba-lomba untuk kembali memenangi tender megaproyek tersebut. "Dengan perlambatan ekonomi di China jadi banyak sekali yang mau masuk karena mereka pasarnya juga kurang. Jadi mereka masuk di luar China sangat agresif," kata Nicke pada Rabu (20/1). Menurut Nicke ada keuntungan yang bisa diambil dari banyaknya perusahaan pembangkit listrik asal China yang mengikuti tender 35.000 MW, yaitu harga yang murah.
Ini sebabnya China kuasai proyek listrik RI
JAKARTA. PT Perusahaan Listrik negara (persero) tengah mengejar target pembangunan megaproyek 35.000 megawatt (MW). Seluruh perusahaan pembangkit listrik atau independent power producer (IPP) dari seluruh negara pun diundang ikut serta dalam tender proyek listrik yang ditargetkan selesai pada tahun 2019 tersebut. Namun hingga saat ini PLN mencatat hanya ada dua pemain besar yang berhasil memenangi tender proyek 35.000 MW. Kedua negara tersebut adalah China dan Jepang. Nicke Widyawati, Direktur Perencanaan Korporat PLN bilang jika dilihat dari negara partisipan pada penandatanganan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik atau Power Purchase Agreement (PPA) dan Engineering, Procurement, Construction (EPC) hingga akhir tahun 2015 yang mencapai 17.300 MW, sebesar 46% dikuasai oleh IPP asal China. Sementara sebesar 30% dikuasai oleh IPP dari Jepang dan sisanya sekitar 24% merupakan perusahaan asal Korea, Turki, Amerika, Malaysia, dan Indonesia. PLN pun pada semester pertama 2016 memasang target bisa melakukan penandatanganan PPA mencapai 15.533 MW yang terdiri dari 37 proyek. Nicke tidak menampik dengan perlambatan ekonomi yang tengah terjadi di negeri tirai bambu itu, IPP asal China akan berlomba-lomba untuk kembali memenangi tender megaproyek tersebut. "Dengan perlambatan ekonomi di China jadi banyak sekali yang mau masuk karena mereka pasarnya juga kurang. Jadi mereka masuk di luar China sangat agresif," kata Nicke pada Rabu (20/1). Menurut Nicke ada keuntungan yang bisa diambil dari banyaknya perusahaan pembangkit listrik asal China yang mengikuti tender 35.000 MW, yaitu harga yang murah.