TANGERANG. Manajemen baru PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) tengah berusaha melakukan efisiensi. Untuk itu perusahaan yang saat ini dipimpin Direktur Utama Garuda Arif Prabowo akan memotong belanja modal atau atau capital expenditure (capex) untuk tahun depan yang sebesar US$ 200 juta. "Harus lebih efisien. Pemotongan capex minimal 10%," sebut Direktur Keuangan GIAA I Gusti Ngurah Ashkara Danadutra, Senin, (29/12). Ia menyebut pemangkasan ini berasal dari pengiriman pesawat. Tahun depan, GIAA akan mengurangi kedatangan pesawat baru dari 24 unit menjadi 15 unit. Rinciannya yakni 5 pesawat wide body dan 10 narrow body. Nah saat ini, GIAA tengah menego skema pembayaran pesawat itu. Sebagai sumber dana capex tersebut, GIAA akan mengandalkan kas internal dan eksternal. Sekedar informasi, kas dan setara kas GIAA tercatat US$ 393,21 juta di kuartal ketiga 2014. Tak hanya memangkas capex. GIAA pun berencana merestrukturisasi utang guna meringankan beban laporan keuangan. Maskapai pelat merah ini akan menerbitkan obligasi sebesar US$ 500 juta semester satu mendatang. Surat utang tersebut akan digunakan untuk membayar utang jatuh tempo di 2015 dan kuartal pertama 2016. Untuk penawarannya, GIAA akan berfokus pada investor di Asia. Ashkara bilang, pihaknya mengincar tenor maksimum 5 tahun. Kemudian, obligasi valuta asing umumnya memberi bunga sekitar 4% sampai 6%. Terdapat 3 hal yang menjadi perhatian GIAA dalam menambah utang. Ini adalah bunga yang lebih ringan, tenor lebih panjang, serta ruang covenance. Ashkara pun berangan menerbitkan surat utang dalam bentuk sukuk. Menurutnya, GIAA bisa menjadi perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertama yang menerbitkan sukuk global. Tapi apabila tak jadi menerbitkan surat utang, GIAA akan mencari pinjaman perbankan dalam bentuk Rupiah. Ashkara bilang apabila melihat Cross Currency Swap (CCS), maka pinjaman ini akan menguntungkan dengan kondisi melemahnya nilai tukar Rupiah. Pasalnya, laporan keuangan GIAA dicatatkan dalam dollar. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini sejumlah efisiensi yang akan dilakukan Garuda
TANGERANG. Manajemen baru PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) tengah berusaha melakukan efisiensi. Untuk itu perusahaan yang saat ini dipimpin Direktur Utama Garuda Arif Prabowo akan memotong belanja modal atau atau capital expenditure (capex) untuk tahun depan yang sebesar US$ 200 juta. "Harus lebih efisien. Pemotongan capex minimal 10%," sebut Direktur Keuangan GIAA I Gusti Ngurah Ashkara Danadutra, Senin, (29/12). Ia menyebut pemangkasan ini berasal dari pengiriman pesawat. Tahun depan, GIAA akan mengurangi kedatangan pesawat baru dari 24 unit menjadi 15 unit. Rinciannya yakni 5 pesawat wide body dan 10 narrow body. Nah saat ini, GIAA tengah menego skema pembayaran pesawat itu. Sebagai sumber dana capex tersebut, GIAA akan mengandalkan kas internal dan eksternal. Sekedar informasi, kas dan setara kas GIAA tercatat US$ 393,21 juta di kuartal ketiga 2014. Tak hanya memangkas capex. GIAA pun berencana merestrukturisasi utang guna meringankan beban laporan keuangan. Maskapai pelat merah ini akan menerbitkan obligasi sebesar US$ 500 juta semester satu mendatang. Surat utang tersebut akan digunakan untuk membayar utang jatuh tempo di 2015 dan kuartal pertama 2016. Untuk penawarannya, GIAA akan berfokus pada investor di Asia. Ashkara bilang, pihaknya mengincar tenor maksimum 5 tahun. Kemudian, obligasi valuta asing umumnya memberi bunga sekitar 4% sampai 6%. Terdapat 3 hal yang menjadi perhatian GIAA dalam menambah utang. Ini adalah bunga yang lebih ringan, tenor lebih panjang, serta ruang covenance. Ashkara pun berangan menerbitkan surat utang dalam bentuk sukuk. Menurutnya, GIAA bisa menjadi perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertama yang menerbitkan sukuk global. Tapi apabila tak jadi menerbitkan surat utang, GIAA akan mencari pinjaman perbankan dalam bentuk Rupiah. Ashkara bilang apabila melihat Cross Currency Swap (CCS), maka pinjaman ini akan menguntungkan dengan kondisi melemahnya nilai tukar Rupiah. Pasalnya, laporan keuangan GIAA dicatatkan dalam dollar. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News