Ini sejumlah sentimen yang bakal pengaruhi pasar obligasi dalam negeri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia kembali menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini tercermin dari Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang berada di posisi tertingginya sepanjang sejarah saat ini.

Pada Kamis (26/8) ICBI berada di level 326,96 angka ini naik sebanyak 0,07% dari hari sebelumnya. ICBI saat ini sedang berada di dalam tren bullish dan di sepanjang tahun ini terus mencatatkan rekor tertingginya.

Associate Director, Head of Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia, Ramdhan Ario Maruto menilai kondisi Covid-19 di Indonesia yang sudah menunjukkan tren penurunan sejak beberapa minggu terakhir membuat positif bagi pasar. Selain itu, dengan vaksinasi yang terus dijalankan sepanjang tahun ini, ia memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh dan semakin bergerak lagi.


“Pemerintah rilis pertumbuhan ekonomi 7%, itu membuat nyaman dunia usaha, ke depannya harusnya akan lebih baik, karena kondisi yang sudah terbukti dan pengendalian pandemi sudah lebih cerah dan terlihat, dengan turunnya pasien dan sebagainya,” kata Ramdhan kepada Kontan.

Baca Juga: Asuransi Bhakti Bhayangkara raih peringkat idBBB dari Pefindo

Di sisi eksternal, Ramdhan memandang tren suku bunga rendah paling tidak, akan terus berlangsung sampai akhir tahun di pasar global. Walaupun ada isu tapering dan kenaikan suku bunga, ia melihat masih banyak yang berpendapat kenaikan suku bunga baru terealisasi pada pertengahan tahun depan.

Ia juga melihat bahwa Indonesia masih memiliki investor potensial yakni investor asing. Hal ini dikarenakan, secara persentase investor asing masih belum sepenuhnya kembali ke masa pra pandemi.

Selain itu, isu tapering yang saat ini masih membayangi pasar global ia prediksi masih belum akan dilaksanakan dalam jangka waktu pendek, sementara likuiditas di pasar masih cukup tinggi. “Mereka butuh instrumen, sehingga demand yang tinggi membuat mereka masuk ke instrumen yang kuat seperti obligasi,” imbuh Ramdhan.

Akan tetapi, apabila tapering pada akhirnya dilaksanakan, ia berpandangan bahwa dalam jangka pendek pasar akan goyang, karena kebijakan tersebut menurutnya akan menarik investor kembali ke pasar AS.

Baca Juga: Indah Kiat (INKP) berharap penawaran obligasi dan sukuk efektif bulan depan

“Investor akan wait and see untuk masuk penuh pertimbangan, tetapi hal ini akan terjadi dalam jangka yang pendek. Karena di luar punya pasar yang kuat dan baik makro stabil, dan daya tarik pasar menarik,” katanya.

Ia perkirakan di akhir tahun yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun berada di angka 6,0 – 6,2%.

Selanjutnya: Pefindo tegaskan kembali peringkat idAAA untuk obligasi IIF

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi