Ini Sejumlah Tantangan Industri Manufaktur pada Tahun 2024



KONTAN.CO.ID-JAKARTA S&P Global mencatat, Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Desember 2023 berada di level 52,5. Angka ini meningkat 0,5 poin jika dibandingkan dengan capaian November 2023 yang berada pada level 51,7.

Pengamat Ekonomi Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita mengatakan, peningkatan PMI Manufaktur Indonesia pada Desember 2023 ini dikarenakan aktivitas manufaktur mulai bergairah lagi akibat perbaikan permintaan barang manufaktur menjelang akhir tahun.

"Peningkatan aktivitas manufaktur tersebut bisa dilihat dari peningkatan impor untuk bahan baku penolong dan barang modal di bulan Desember, yang membuat surplus neraca dagang bulan Desember lalu makin menipis," ujar Ronny kepada Kontan.co.id , Selasa (2/1).


Ia menilai, perbaikan arah PMI Manufaktur Indonesia pada Desember 2023 akan menjadi pertanda yang baik untuk sektor manufaktur Indonesia pada tahun 2024.

Baca Juga: Sumber Melimpah, Penemuan Gas Jumbo di Indonesia Makin Banyak

Dirinya menduga, PMI Manufaktur Indonesia akan melanjutkan tren perbaikan seiring dengan dimulainya kenaikan gaji pekerja yang akan meningkatkan permintaan atas barang-barang hasil produksi sektor manufaktur nasional.

Kendati begitu, ada sederet tantangan yang akan menghantui sektor manufaktur pada tahun ini.

Pertama, belum stabilnya kenaikan permintaan barang hasil produksi manufaktur, lantaran belum terlalu pulihnya tingkat konsumsi rumah tangga.

Kedua, ancaman barang hasil sektor manufaktur impor masih akan sangat tinggi, terutama melalui platform e-commerce yang menjadi corong cross border trading.

"Apalagi, TikTok Shop sudah mulai menemukan cara untuk bisa kembali eksis di pasar dalam negeri," katanya.

Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Naik ke Level 52,2 pada Desember 2023

Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman memperkirakan bahwa PMI Manufaktur Indonesia pada kuartal I-2024 masih akan bagus lantaran adanya momen seasonal seperti lebaran.

"Tapi tetap ketidakpastian geopolitik dan climate change bisa mempengaruhi ke banyak hal termasuk harga, ketersediaan, logistik dan lain-lain," kata Adhi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli