Ini sektor industri yang akan diuntungkan oleh kenaikan harga minyak mentah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia kembali mengalmi reli dalam beberapa waktu terakhir. Penguatan tersebut dapat mempengaruhi kelangsungan bisnis di sejumlah sektor industri tertentu.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta menilai, harga minyak dunia masih berpeluang mengalami kenaikan dalam beberapa waktu ke depan. Selain masih terbatasnya pasokan di pasar ditambah kendala cuaca, adanya rencana dari OPEC untuk melanjutkan pembatasan produksi minyak membuat harga komoditas tersebut berpotensi besar kembali melonjak.

Di atas kertas, lonjakan harga minyak akan menguntungkan emiten-emiten yang berhubungan langsung dengan produksi migas maupun jasa migas. Di samping itu, peluang peningkatan kinerja juga bisa dirasakan oleh emiten yang terlibat dalam rantai distribusi migas.


“Emiten logistik migas dan perkapalan juga bisa mendapat efek positif dari kenaikan harga minyak, karena produsen minyak tentu akan memanfaatkan kapal tanker dan transportasi lain untuk mendistribusikan produknya,” ungkap dia, Kamis (25/2).

Nafan juga menilai, industri pertambangan juga berpotensi menikmati dampak kenaikan harga minyak global. Sebab, umumnya kenaikan harga minyak akan diikuti oleh komoditas lainnya, seperti mineral logam dan batubara. Ditambah lagi, permintaan terhadap sejumlah produk komoditas tengah menanjak seiring proses pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19.

Perusahaan-perusahaan tambang pun kinerjanya akan meningkat tatkala harga komoditas yang dihasilkannya mengalami kenaikan harga. Memang, perusahaan tambang juga ikut merasakan efek negatif dari kenaikan harga minyak karena akan mempengaruhi biaya bahan bakar dan biaya operasional bisnisnya.

“Tapi, ini semua bisa ter-cover kalau harga komoditas lainnya ikut meningkat,” imbuh dia.

Baca Juga: Petrokimia Gresik ungkap dampak kenaikan harga minyak dunia ke bahan baku pupuk

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony sepakat, kenaikan harga minyak seharusnya juga akan mengerek harga komoditas lainnya sehingga hal ini bisa berdampak positif bagi kelangsungan bisnis pelaku industri pertambangan.

Di sisi lain, ia juga menilai, beberapa perusahaan yang menjadikan minyak sebagai salah satu beban pengeluaran (cost) tentu akan terdampak negatif saat harga komoditas ini terus-terusan naik. Ambil contoh perusahaan penerbangan.

Chris berpendapat, strategi yang dapat diterapkan oleh pelaku usaha adalah dengan melakukan hedging atau lindung nilai dari kenaikan harga minyak. Dalam hal ini, perusahaan bisa melakukan perjanjian kontrak yang lebih panjang dengan asumsi harga minyak tertentu, sehingga risiko fluktuasi harga minyak bisa ditekan.

“Beberapa perusahaan sudah memperkirakan dengan melakukan hedging untuk meng-cover kenaikan harga minyak tersebut,” jelasnya.

Mengutip Bloomberg, harga minyak dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) dan Brentterus menguat. Hingga Kamis (25/2) pukul 19.00 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman April 2021 naik 0,24% menjadi US$ 67,20 per barel.

Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) juga melesat 0,28% ke US$ 63,40 per barel. Bahkan di awal sesi perdagangan hari ini, harga minyak sempat menyentuh level tertinggi dalam 13 bulan. 

Selanjutnya: Biaya bahan baku tekstil menanjak seiring penguatan harga minyak dunia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari