Ini sektor saham yang berpotensi tumbuh menurut Mandiri Sekuritas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mandiri Sekuritas memprediksi beberapa sektor saham yang berpotensi terus tumbuh pada sisa tahun ini dan 2020. Sebut saja sektor jasa kesehatan, farmasi, pendidikan, ekonomi kreatif dan pariwisata, infrastruktur, perdagangan fast moving consumer goods (FMCG), dan sektor telekomunikasi.

Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengatakan, pertumbuhan sektor-sektor tersebut mendapat sentimen positif dari permintaan pasar domestik dan program pemerintah. Sebagai contoh, kenaikan pasar saham di sektor jasa kesehatan akan didorong oleh kebijakan pemerintah yang berencana menaikkan anggaran subsidi untuk program jaminan kesehatan nasional (JKN) sebanyak 83% (Rp 22 triliun) dari tahun lalu.

Baca Juga: Mandiri Sekuritas menurunkan target IHSG akhir tahun ke level 6.650


Selain itu, pertumbuhan ini juga didorong oleh adanya rencana kenaikan iuran BPJS kesehatan sebesar 100% pada 2020. “Pertumbuhan sektor ini juga akan menciptakan keuntungan untuk emiten-emiten di sektor rumahsakit dan farmasi,” kata Adrian, Senin (9/9).  

Selain itu, menurut Adrian, sektor infrastruktur juga berpotensi untuk tumbuh lagi. Pasalnya, ia melihat anggaran belanja pemerintah pada 2020 untuk infrastruktur akan tumbuh 5% menjadi Rp 419 triliun.

Baca Juga: Anggaran kesehatan naik, prospek emiten farmasi dan rumahsakit akan membaik

Angka ini meningkat dari outlook pertumbuhan belanja infrastruktur 2019 yang hanya 1,4% secara tahunan. “Meskipun masih modest growth tapi dari sisi valuasi masih cukup oke, Masih akan ada pertumbuhan ditambah lagi adanya bonus dari pemindahan ibu kota,” kata dia.

Untuk sektor FMCG dan telekomunikasi, pertumbuhannya didorong oleh langkah investor yang memilih berinvestasi pada saham-saham defensif dengan basis pasar domestik. Alasannya, saham defensif dapat menjadi alternatif di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, seperti pelemahan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS), China, dan negara-negara Uni Eropa, serta risiko akibat perang dagang AS dan China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati