KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Ketegangan sengketa dagang Amerika Serikat (AS) dan China terus memanas. Terbaru AS telah menyatakan menaikkan tarif atas barang-barang Tiongkok lebih dari dua kali lipat. Mengutip
BBC pada Senin (13/5), AS meningkatkan tarif hingga 25% untuk barang-barang Cina senilai US$ 200 miliar. Tarif ini termasuk ikan, tas, pakaian, dan alas kaki. Produk-produk China yang terkena tarif AS semakin meluas, dari permesinan hingga Sepeda motor. Adapun produk yang paling berdampak adalah peralatan telekomunikasi senilai US $ 19,1 miliar, disusul oleh perangkat komputer senilai US$ 12,5 miliar.
Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat juga mengatakan telah diperintahkan untuk memulai proses kenaikan tarif dasar pada semua sisa impor dari China, yang bernilai sekitar US$ 300 miliar. Sebelumnya penasihat ekonomi utama Trump, Larry Kudlow, mengatakan kedua belah pihak akan menderita dari sengketa perdagangan yang berlarut. Namun Trump kemudian meremehkan dampak kenaikan tarif ini bagi AS. "Ingat, mereka (China) melanggar kesepakatan dengan kami dan mencoba untuk menegosiasikan ulang. Kami akan menerima tarif miliaran dolar dari China. Pembeli produk dapat membuatnya sendiri di AS atau membelinya dari negara-negara non-tarif," tulis Trump dalam postingan di Twitter. Namun, dalam sebuah wawancara dengan
Fox News pada hari Minggu, Mr Kudlow mengakui bahwa sebenarnya bisnis Amerika lah yang membayar tarif pada setiap barang yang dibawa dari China. Selain itu, konsumen AS juga akan membayar tagihan jika perusahaan menyetujui kenaikan biaya. Mr Kudlow berpendapat tarif juga akan berdampak pada perekonomian China, karena biaya yang lebih tinggi akan mengurangi permintaan AS untuk barang-barang Cina. China mengatakan akan membalas tetapi belum mengumumkan rincian termasuk kapan akan mengambil tindakan. Tarif yang lebih tinggi akan dibayar oleh perusahaan-perusahaan Amerika yang mengimpor barang-barang dari Tiongkok. Para ekonom telah mengatakan tarif 25% akan jauh lebih sulit untuk diserap oleh pebisnis. Artinya mereka lebih cenderung meneruskan sebagian biaya kepada konsumen. Kudlow juga mengatakan ada kemungkinan kuat bahwa Trump akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada pertemuan puncak G20 di Jepang pada akhir Juni.
Sementara itu China mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya sangat menyesalkan keputusan AS untuk menaikkan tarif. Mereka berkeinginan keras untuk membalas dengan istilah penanggulangan yang diperlukan. Di masa lalu, China telah memperkenalkan tarif pembalasan segera setelah tarif AS diberlakukan. AS berpendapat bahwa surplus perdagangan China dengan AS adalah hasil dari praktik yang tidak adil, termasuk dukungan negara untuk perusahaan domestik. Ia juga menuduh China mencuri kekayaan intelektual dari perusahaan-perusahaan AS. Kenaikan tarif terbaru menandai peningkatan tajam perang dagang AS-Cina yang telah membebani ekonomi global. Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan peningkatan ketegangan perdagangan AS-Cina adalah salah satu faktor yang berkontribusi terhadap pelemahan ekspansi global secara signifikan sejak akhir tahun lalu karena memangkas perkiraan pertumbuhan global tahun 2019.
Editor: Tendi Mahadi