Ini sentimen yang dapat mempengaruhi lelang sukuk Selasa depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara akan berlangsung pada Selasa (18/9) pekan depan. Analis menilai sejumlah data ekonomi dalam negeri yang dirilis Senin (17/9) mendatang akan mempengaruhi tingkat minat investor terhadap lelang sukuk nanti.

Data ekonomi yang dimaksud adalah neraca perdagangan Indonesia di bulan Agustus dan statistik utang luar negeri Indonesia di bulan Juni.

Analis Fixed Income MNC Sekuritas Indonesia, I Made Adi Saputra menyampaikan, kedua data tersebut saling berkaitan. Jika neraca perdagangan Indonesia kembali defisit sementara utang luar negeri bertambah maka beban pemerintah akan semakin bertambah.


Akhirnya, hal tersebut bisa menjadi katalis negatif bagi pergerakan rupiah di awal pekan yang nantinya mempengaruhi permintaan investor saat lelang.

Untungnya, sebelum kedua data tersebut rilis, rupiah berangsur-angsur menguat berkat meredanya tekanan eksternal. Setidaknya, para investor dianggap masih tetap percaya diri untuk masuk ke pasar obligasi domestik melalui lelang.

Made pun melihat ada kemungkinan penawaran yang masuk pada lelang nanti minimal bisa dua kali lipat lebih tinggi dari target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp 4 triliun.

Pemerintah sendiri dinilai akan memaksimalkan lelang sukuk kali ini sehingga ada potensi nominal yang dimenangkan akan melampaui target indikatif. Hal ini mengingat pemerintah masih mengejar sisa target penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) di kuartal III-2018 sebesar Rp 46 triliun.

“Pemerintah cenderung mengejar jumlah nominal dan agak mengesampingkan permintaan yield karena masih butuh pendanaan besar sedangkan lelang SBN di bulan September tinggal dua kali lagi,” terang Made, hari ini.

Namun, upaya pemerintah untuk memaksimalkan lelang sukuk nanti bakal menemui hambatan. Sebab, seri-seri bertenor pendek seperti SPN-S 05032019 dan PBS016 diperkirakan akan memperoleh penawaran masuk yang tinggi dari investor. Potensi tersebut terjadi di tengah belum stabilnya kondisi pasar obligasi Indonesia.

Walau penawaran yang masuk pada seri-seri bertenor pendek tergolong tinggi, pemerintah tidak serta-merta bisa memenangkannya dengan nominal yang besar. “Beban refinancing pemerintah dalam waktu setahun ke depan justru bisa membengkak kalau memaksakan mengambil seri tenor pendek berjumlah besar,” ungkap Made.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Narita Indrastiti