KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah faktor membuat kinerja keuangan PT Timah Tbk (TINS) mengalami tekanan sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2023. Sebagai gambaran, TINS mengalami rugi bersih Rp 87,45 miliar per kuartal III-2023. Realisasi tersebut berbanding terbalik dari kondisi keuangan TINS pada periode yang sama tahun lalu, di mana emiten pertambangan pelat merah ini meraup laba bersih hingga Rp 1,14 triliun. Menurunnya
bottomline TINS tidak terlepas dari melemahnya pendapatan. TINS membukukan pendapatan Rp 6,37 triliun, turun 37,42% dari pendapatan sepanjang periode yang sama tahun 2022 yang kala itu mencapai Rp 10,18 triliun.
Fina Eliani Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS menjabarkan ada sejumlah faktor yang menekan kinerja TINS. Pertama, sampai dengan akhir September 2023, harga logam timah dunia terus tertekan akibat penguatan mata uang dolar AS dan lambatnya pemulihan perekonomian China
Baca Juga: Timah (TINS) Cetak Rugi Bersih Rp 87,45 Miliar per Kuartal III-2023 Harga timah juga loyo serta lemahnya permintaan timah seiring dengan tingginya persediaan di London Metal Exchange (LME). Fina menyebut, harga jual rerata logam timah di periode sembilan bulan pertama 2023 sebesar US$ 27.017 per metrik ton atau lebih rendah 23% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 35.026 per metrik ton. Hal ini menyebabkan timbulnya faktor kedua, yakni lesunya permintaan komoditas timah. “Hal tersebut berdampak pada menurunnya ekspor timah Indonesia dari kuartal II-2023 sampai dengan kuartal III-2023, khususnya ekspor timah TINS ke beberapa negara,” terang Fina, Rabu (1/11). Sampai dengan kuartal III-2023, TINS mencatatkan penjualan logam timah sebesar 11.100 metrik ton, turun 28% dari penjualan per akhir September 2022 yang mencapai 15.325 metrik ton. Sebanyak 92% timah diekspor dengan 6 besar negara tujuan ekspor meliputi Jepang sebesar 16%, Korea Selatan sebesar 13%, Belanda sebesar 11%, India sebesar 9%, ekspor ke Taiwan sebesar 9% dan Amerika Serikat sebesar 8% Penurunan penjualan logam timah juga sejalan dengan penurunan produksi logam timah. Sepanjang sembilan bulan pertama 2023, produksi logam timah TINS turun 18% menjadi 11.540 metrik ton dari sebelumnya 14.130 metrik ton. “Di tengah perlambatan ekonomi serta lemahnya permintaan logam timah global, TINS konsisten menjalankan efisiensi di segala lini bisnis. Manajemen optimistis target efisiensi akan tercapai dan memberikan kontribusi terhadap kinerja Timah,,” ujar Fina
Melansir laporan keuangan TINS, hampir seluruh komponen pendapatan TINS menurun. Penjualan logam timah yang masih menjadi tulang punggung pendapatan TINS, yakni sebesar Rp 4,50 triliun, turun 42,7% secara
year-on-year (YoY) dari akhir September 2022 yang mencapai Rp 7,86 triliun.
Kemudian ada penjualan Tin chemical yang sebesar Rp 559,21 miliar, turun 44,8% secara YoY. Kemudian penjualan dari komoditas batubara senilai Rp 664,67 miliar atau turun tipis dari sebelumnya Rp 665,21 miliar. Emiten yang berbasis di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini juga membukukan penjualan tin solder senilai Rp 203,19 miliar, turun 17,53% dari posisi yang sama tahun lalu di angka Rp 246,4 miliar. Namun, segmen Jasa galangan kapal TINS berhasil tumbuh 222,89% menjadi Rp 180,22 miliar dari sebelumnya hanya Rp 55,81 miliar. TINS juga mengantongi pendapatan lain-lain senilai Rp 231,13 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari