Ini Sentimen yang Menyeret Rupiah di Awal Pekan Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah melanjutkan tren penurupan di awal pekan ini. Kombinasi sentimen dari eksternal dan internal membuat rupiah tersungkur di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). 

Pada penutupan perdagangan hari ini (7/10), nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 15.687 per dolar Amerika Serikat (AS). Ini membuat rupiah spot melemah 1,29% dibanding penutupan Jumat (4/10) di Rp 15.485 per dolar AS. 

Tidak jauh berbeda, rupiah di JISDOR BI berada di level Rp 15.680 per dolar AS. Adapun berdassrkan JISDOR BI rupiah melemah 1,20%.


Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, data cadangan devisa Indonesia di bulan September 2024 yang turun menjadi salah satu katalis utama pelemahan rupiah. 

BI mengumumkan, cadangan devisa per akhir September 2024 sebesar US$ 149,3 miliar, turun US$ 0,3 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Agustus 2024, cadangan devisa sebesar $150,2 miliar, dan menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka.

Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Anjlok 1,2% ke Rp 15.687 Per Dolar AS Pada Hari Ini (7/10)

"Cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah" kata Nanang kepada KONTAN, Senin (7/10). 

Selain itu, pasar pun akan mencermati data inflasi konsumen dan produsen Amerika yang dijadwalkan rilis pekan ini. Menurut Nanang pelaku pasar berekspektasi adanya penurunan dari laju inflasi tersebut. 

Sementara itu, efek dari paket stimulus China pun masih membayangi Kawasan Asia. Stimulus yang begitu besar ini membuat pelaku pasar berbondong-bondong masuk ke pasar China atau dengan kata lain keluar dari pasar keuangan domestik yakni Indonesia. 

Faktor lain yang menjadi beban kinerja rupiah adalah perburuan aset safe haven akibat konflik politik di Timur Tengah yang semakin memanas. Kondisi ini membuat sengketa politik semakin meluas dan nantinya memengaruhi pasar keuangan global.

Di saat bersamaan, Nanang mengatakan perburuan dolar AS meningkat karena serangkaian data ketenagakerjaan AS pasca rilis data NFP yang melonjak 254.000 dan angka tingkat pengangguran yang menyusut pada 4.1%.

Sementara itu, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi bilang, terkait laporan ketenagakerjaan AS yang membaik tersebut mendorong banyak kalangan berekspektasi bahwa ruang pelonggaran pemotongan suku bunga global pada pertemuan November akan berkurang dengan skala pemangkasan menjadi hanya 25 basis poin.

"Pengurangan sebesar 25 basis poin dianggap hampir pasti, dengan para pedagang juga melihat peluang kecil bahwa Fed akan membiarkan suku bunga tidak berubah," jelas Ibrahim. 

Selain itu, laporan terkait roket Hizbullah telah menghantam kota terbesar ketiga di Israel, Haifa ikut menambah derita rupiah. 

Baca Juga: IHSG Diprediksi Menguat Terbatas Pada Selasa (8/10), Cek Rekomendasi Saham Berikut

Sebelumnya, Israel menyerang target Hizbullah di Lebanon dan Jalur Gaza pada hari Minggu, beberapa hari setelah Iran melancarkan serangan rudal skala besar terhadap Israel atas aktivitasnya terhadap Hizbullah dan Hamas. 

Kemudian, Israel sedang mempertimbangkan untuk menyerang fasilitas produksi minyak Iran. Hal ini dikhawatirkan dapat mengganggu pasokan minyak dan menandai eskalasi drastis dalam konflik tersebut.

Menurut Nanang, rupiah pada Selasa (8/10) masih akan dibayangi aksi jual di area psikologis Rp 15.700 per dolar AS, bahkan bisa saja melanjutkan ruang pelemahan ke level Rp 15.758 per dolar AS. 

Ibraham juga sepakat rupiah akan ditutup melemah untuk perdagangan besok. Menurut Ibrahim rupiah akan berada pada kisaran Rp 15.670 - Rp 15.780 per dolar AS. 

Selanjutnya: Gelar OTT di Kalsel, KPK Amankan 6 Orang, Sita Uang Lebih dari Rp 10 Miliar

Menarik Dibaca: Astra Land Indonesia Luncurkan Rivara, Hunian Ramah Lingkungan di Cibubur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari