Ini siasat CTRA menjaga rasio utang



JAKARTA. Menarik pinjaman dari perbankan menjadi sangat berisiko di tengah level suku bunga acuan terbilang tinggi seperti saat ini.

Oleh sebab itu, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) berusaha untuk berhati-hati dalam menggunakan sumber pendanaan melalui pinjaman perbankan.

Tulus Santoso, Direktur Keuangan CTRA bilang, untuk tahun ini manajemen bakal menjaga posisi gearing ratio di posisi 30%. "Kalau diukur dengan debt to equity ratio (DER), itu setara dengan 50:50 atau maksimal sebanyak satu kali," imbuhnya belum lama ini.


Salah satu cara menghindari rasio utang atau DER yang tinggi adalah dengan menyiapkan belanja modal Rp 1,5 triliun, 25% lebih rendah jika dibanding anggaran tahun lalu, Rp 2 triliun.

Dari jumlah Rp 1,5 triliun tersebut, maksimal sebesar Rp 1 triliun bakal menggunakan pinjaman bank. Gambaran saja, ekuitas CTRA hingga kuartal III tahun lalu sebesar Rp 3,28 triliun.

Dengan posisi utang bank sebesar Rp 2,16 triliun, maka posisi DER CTRA sementara ini sebesar 0,66 kali. Nah, jika jumlah pinjaman Rp 1 triliun yang jika sepenuhnya ditarik untuk pendanaan belanja modal, maka DER CTRA bisa naik menjadi 0,96 kali.

Angka ini nyaris mendekati DER maksimum yang diperbolehkan manajemen. Namun, angka ini bisa saja menjadi lebih kecil mengingat adanya potensi penambahan ekuitas atau bahkan pengurangan jumlah utang seiring dengan diauditnya  perjalanan bisnis CTRA sepanjang 2013 lalu.

"Jumlah pinjaman itu juga nantinya tidak kami tarik sekaligus, tapi sesuai kebutuhan saja. Hal ini juga merupakan komitmen kami untuk menjaga kesehatan keuangan yang kuat," tutur Tulus.

PT Ciputra Development Tbk (CTRA) berencana menerbitkan obligasi senilai Rp 500 miliar. Hal itu akan dilakukan melalui salah satu anak usaha Ciputra pada kuartal I - 2014. 

Direktur Keuangan Ciputra Tulus Santoso mengatakan, dana hasil obligasi akan digunakan untuk ekspansi proyek di Jakarta. Meski begitu, dia enggan menyebutkan identitas anak usaha yang dimaksud.

Dia hanya menjelaskan, penggalangan dana lewat surat utang itu dilakukan untuk mengantisipasi fluktuasi ekonomi di tahun politik. "Kami lakukan ini untuk berjaga-jaga saja menghadapi situasi nanti setelah pemilu," ucap Tulus.

Lebih jauh, dia mengungkapkan, pihaknya menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 1 - 1,5 triliun tahun ini. Jumlah itu tidak sebesar capex Ciputra tahun lalu sebesar Rp 2 triliun. Sebanyak 70% atau setara Rp 700 miliar hingga Rp 1 triliun akan diperoleh dari pinjaman bank.

Sepanjang 2013, Ciputra merealisasikan pendapatan sekitar Rp 5 triliun. Adapun laba bersih perseroan sepanjang tahun lalu diperkirakan mencapai Rp 850 miliar.

Tulus mengatakan, pihaknya menargetkan pertumbuhan sebesar 30% tahun ini. Dengan begitu, pendapatan Ciputra hingga akhir 2014 diperkirakan mencapai Rp 6,5 - 7 triliun. Adapun laba bersih diprediksi mencapai Rp 1 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri