Ini Sikap Negara-Negara G7 Terhadap Perang Israel-Hamas



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Para menteri luar negeri G7 menyerukan jeda kemanusiaan dalam perang Israel-Hamas untuk memungkinkan bantuan dan membantu pembebasan sandera dan mengupayakan kembalinya proses perdamaian yang lebih luas, ketika pasukan Israel terus menyerang Gaza.

Mengakhiri pertemuan dua hari di Tokyo, negara-negara G7 mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri, sambil menggarisbawahi perlunya melindungi warga sipil dan mematuhi hukum kemanusiaan internasional.

“Anggota G7 berkomitmen untuk… mempersiapkan solusi jangka panjang yang berkelanjutan untuk Gaza dan kembali ke proses perdamaian yang lebih luas sejalan dengan parameter yang disepakati secara internasional,” kata pernyataan itu. 


Baca Juga: Rumah Sakit Al-Quds di Gaza Kehabisan Bahan Bakar, Layanan Penting Ditutup

“.. Kami mendukung jeda dan koridor kemanusiaan untuk memfasilitasi bantuan yang sangat dibutuhkan, pergerakan sipil dan pembebasan sandera.” tambahnya.

Para menteri mempunyai pandangan yang sama bahwa solusi dua negara tetap merupakan satu-satunya jalan menuju perdamaian yang adil, abadi, dan aman.

Pernyataan tersebut merupakan pernyataan bersama kedua dari G7 sejak kelompok militan Palestina Hamas memicu konflik dengan serangan pada 7 Oktober di Israel selatan, yang menewaskan 1.400 orang dan menyandera sekitar 240 orang.

Pemboman Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 10.000 warga Palestina, sekitar 40 persen di antaranya anak-anak, menurut hitungan pejabat kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.

Baca Juga: Rumah Sakit Al-Quds di Gaza Kehabisan Bahan Bakar, Layanan Penting Ditutup

“Saya yakin penting bagi G7 untuk mampu mengeluarkan pesan terpadu pertamanya sebagai pernyataan mengenai jeda kemanusiaan... dalam kaitannya dengan tanggung jawab G7 terhadap komunitas internasional,” kata Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa kepada wartawan.

G7 terdiri dari Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

Editor: Handoyo .