KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Hutama Karya (Persero) menyiapkan berbagai skema dalam memenuhi kekurangan pendanaan proyek Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS). Direktur Keuangan Hutama Karya Hilda Savitri memaparkan dari total ekuitas yang telah terpenuhi sebesar Rp 55 triliun, tahun ini pihaknya juga telah mendapatkan tambahan sebesar Rp 7,5 triliun yang juga dalam bentuk ekuitas. Selain itu, pihaknya juga masih memiliki dana dari obligasi global. Hilda menyebutkan, pihaknya telah mendapatkan persetujuan untuk jaminan sebesar US$ 1,5 miliar yang mana saat ini baru menerbitkan US$ 600 juta. Oleh sebab itu, Hutama Karya masih memiliki tambahan pinjaman yang dapat digunakan ketika diperlukan.
"Karena memang pendanaannya harus kami sesuaikan dengan uang dan pekerjaan di lapangan sehingga kami tidak ambil utang jika tidak dapat digunakan secara segera," ujarnya menjawab kontan.co.id, dalam webinar Prodeep Institute, Sabtu (11/7).
Baca Juga: Dorong BUMN Karya renegosiasi, begini komentar anggota Komisi VI DPR Menurut Hilda, untuk mengerjakan proyek tersebut pihaknya membangun secara bertahap. Hal tersebut lantaran dari porsi ekuitas pengerjaan proyek tersebut berbeda saat mengerjakan proyek di Jawa. "Kalau di Jawa mungkin porsi ekuitasnya 70:30, kalau di tol ini porsi ekuitasnya bisa 75% karena IRR yang rendah," tambah dia. Adapun kebutuhan investasi proyek JTTS sebesar Rp 478 triliun yang baru terpenuhi sebesar Rp 90 triliun. Realisasi tersebut berasal dari Rp 55 triliun ekuitas dan Rp 35 triliun merupakan pinjaman yang didapatkan dari perbankan ataupun melalui penerbitan
global bond. Dengan begitu, sisa kebutuhan dana sebesar Rp 386 triliun. Sementara, untuk kekurangan dana diupayakan dengan berbagai skema alternatif pembiayaan untuk memenuhi porsi ekuitas maupun pinjaman. Saat ini pendanaan JTTS berasal dari penyertaan modal negara (PMN), serta dana non-PMN yakni kredit investasi, monetisasi aset jalan tol, penerbitan global
medium terms notes (GMTN), ekuitas partner dan dukungan konstruksi.
Baca Juga: Jalan tol Pekanbaru – Dumai tingkatkan konektivitas kawasan industri di Provinsi Riau Hilda memaparkan dari dana yang direalisasikan, sebesar Rp 19,1 triliun diberikan oleh pemerintah dalam bentuk penyertaan modal negara (PMN) yang telah dicairkan sepanjang 2015 hingga 2020 tahap I. Selain itu berbagai macam alternatif pembiayaan juga dilakukan untuk membantu pendanaan proyek tersebut seperti sekuritisasi aset yang diberikan pada Hutama Karya untuk mengelola ruas tol JORR S dan juga akses Tanjung Priok. Perusahaan konstruksi pelat merah ini juga telah menerbitkan obligasi sebesar Rp 11 triliun untuk pembangunan proyek tersebut. Selain itu ada juga dukungan konstruksi untuk 130 km senilai Rp 16 triliun yang diambil dari konsesi Jalan Tol Trans Jawa. Para operator juga harus melakukan pembangunan sebesar 130 km di JTTS.
Kemudian, ada juga melalui viability gap fund (VGF), GMTN, fasilitas
cash deficiency support, value capture, assets recycle, long term contract financing serta skema
limited concession. Baca Juga: Jokowi minta terobosan pendanaan tol Trans Sumatra SEVP Hutama Karya Muhammad Fauzan menambahkan hingga saat ini, pihaknya telah menyelesaikan konstruksi sekitar 588 km. Dari total tersebut, sekitar 365 km dari 5 ruas telah beroperasi. "Sesuai dengan arahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), dalam waktu dekat, 2 ruas di JTTS tengah dipersiapkan untuk dioperasikan yakni ruas Pekanbaru – Dumai sepanjang 131 km dan ruas Sigli-Banda Aceh Seksi 4 sepanjang 13,5 km," ujar Fauzan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati