Ini solusi alternatif pengadaan internet yang lebih murah dari satelit Satria



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah saat ini tengah membangun satelit Satria. Satelit ini digadang-gadang sebagai satelit berkapasitas terbesar di Asia atau nomor 5 di dunia. Namun pengamat telekomunikasi menilai ada instrumen alternatif yang lebih murah untuk memenuhi kebutuhan internet dalam negeri.

Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institute Heru Sutadi mengatakan, pemerintah sebenarnya bisa menggunakan serat optik, microwave atau mengadopsi teknologi nirkabel seperti 4G ataupun 5G yang tak lama lagi akan digunakan.

"Menurut saya strategi alternatif ini lebih murah dan efektif," jelas Heru saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (3/5).


Apalagi saat ini pemerintah telah meluncurkan Palapa Ring sebagai tol langit. Untuk itu, yang diperlukan adalah pelengkapnya seperti jaringan backhaul dan akses yang sudah bisa memenuhi kebutuhan.

"Satelit Satria fungsinya (pemenuhan kebutuhan) kalau jalan hanya paling 10%-20% saja. Sehingga kalau jangka panjang harusnya bisa pakai seluler sehingga bisa jadi yang dibutuhkan bukan Satria," imbuh dia.

Heru melanjutkan, teknologi satelit memang lebih mudah, tapi keterbatasannya adalah soal bandwidth, usia satelit dan delay. Kemudian dari sisi biaya, anggaran ini terlalu besar yakni Rp 21,4 triliun. Sehingga ke depannya, setiap biaya yang dikeluarkan perlu transparansi.

"Kecuali kalau Kominfo bisa memberikan alasan lebih logis kenapa satelit dipilih, termasuk menjelaskan mengapa biayanya sangat besar," katanya.

Pembangunan dan peluncuran satelit Satria rencananya dilakukan pada kuartal II 2022 di orbit 164 BT. Satelit Satria menggunakan frekuensi Ka-band dengan teknologi Very High Throughput Satellite dengan kapasitas frekuensi 150 gigabyte per second.

Dengan demikian, pemerintah menargetkan satelit ini dapat beroperasi mulai awal 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli