JAKARTA. Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menggelar uji kepatutan terhadap calon Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (DGS BI) pada hari ini Selasa (3/9). Salah satu calon tersebut adalah Anton Gunawan yang saat ini menjabat sebagai Kepala Ekonom Bank Danamon. Saat pemaparan, Anton menjelaskan salah satu permasalahan ekonomi yang dihadapi Indonesia adalah gejolak pasar keuangan seperti saham, obligasi, dan valuta asing. Menurut Anton, Bank Indonesia saat ini sudah berusaha mengeluarkan kebijakan yang ditujukan untuk memperdalam pasar valuta asing. BI juga memberikan kelonggaran untuk dana-dana hasil divestasi portofolio untuk tetap ditahan dalam mata uang rupiah. Anton juga memberikan solusi dalam permasalahan tersebut. "Pendalaman pasar valas masih terus perlu dilakukan, termasuk dengan melakukan upaya untuk merangsang lebih besarnya transaksi hedging di dalam negeri," ujarnya di Komisi XI DPR, Selasa petang (3/9). Dia menambahkan hal tersebut juga perlu dipertimbangkan dan diperhatikan juga efek negatif spekulasi yang mungkin timbul dari upaya relaksasi dan membesarkan pasar hedging dalam negeri. Anton juga menyarankan pengaktifan second line of defense untuk menambah amunisi cadangan devisa melalui Bilateral Swap Arrangement (BSA) dengan Bank Sentral Jepang dan beberapa negara lain. Selain itu, ketersediaan fasilitas deferred drawdown option (DDO) dengan berbagai pihak seperti World Bank, Asia Development Bank akan dapat membantu memperkuat ketahanan dan kredibilitas otoritas dalam hadapi tekanan nilai tukar rupiah.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini solusi gejolak pasar uang ala Anton Gunawan
JAKARTA. Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menggelar uji kepatutan terhadap calon Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (DGS BI) pada hari ini Selasa (3/9). Salah satu calon tersebut adalah Anton Gunawan yang saat ini menjabat sebagai Kepala Ekonom Bank Danamon. Saat pemaparan, Anton menjelaskan salah satu permasalahan ekonomi yang dihadapi Indonesia adalah gejolak pasar keuangan seperti saham, obligasi, dan valuta asing. Menurut Anton, Bank Indonesia saat ini sudah berusaha mengeluarkan kebijakan yang ditujukan untuk memperdalam pasar valuta asing. BI juga memberikan kelonggaran untuk dana-dana hasil divestasi portofolio untuk tetap ditahan dalam mata uang rupiah. Anton juga memberikan solusi dalam permasalahan tersebut. "Pendalaman pasar valas masih terus perlu dilakukan, termasuk dengan melakukan upaya untuk merangsang lebih besarnya transaksi hedging di dalam negeri," ujarnya di Komisi XI DPR, Selasa petang (3/9). Dia menambahkan hal tersebut juga perlu dipertimbangkan dan diperhatikan juga efek negatif spekulasi yang mungkin timbul dari upaya relaksasi dan membesarkan pasar hedging dalam negeri. Anton juga menyarankan pengaktifan second line of defense untuk menambah amunisi cadangan devisa melalui Bilateral Swap Arrangement (BSA) dengan Bank Sentral Jepang dan beberapa negara lain. Selain itu, ketersediaan fasilitas deferred drawdown option (DDO) dengan berbagai pihak seperti World Bank, Asia Development Bank akan dapat membantu memperkuat ketahanan dan kredibilitas otoritas dalam hadapi tekanan nilai tukar rupiah.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News