KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) memilih untuk fokus melakukan efisiensi di tengah penurunan harga batubara yang terjadi di tahun ini. Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan, harga batubara memang tidak bisa diprediksi. Proyeksi dia, harga batubara tahun ini tidak sebagus tahun lalu. Namun, manajemen sudah berfokus pada efisiensi bahkan sejak 2,5 tahun lalu saat pandemi Covid-19 mulai merebak. Salah satu aspek yang diefisiensikan adalah kontraktor. Sebab, kontraktor menjadi salah satu penyumbang biaya (cost) terbesar.
“Prediksi saya tidak sebagus tahun lalu, tetapi kami terus melakukan efisiensi-efisiensi sehingga profitabilitas kami masih sangat menarik. Kami juga sangat kompetitif,” kata pria yang akrab disapa Boy Thohir ini. Boy juga memastikan, kinerja operasional bisnis batubara ADRO sepanjang kuartal I-2023 masih sejalan dengan target yang dipasang. Asal tahu, ADRO menetapkan target penjualan batubara tahun ini di angka 62 juta ton sampai 64 juta ton. Target ini terdiri dari batubara termal sebanyak 58 juta ton hingga 60 juta ton dan penjualan batubara kokas dari PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (
ADMR) sebanyak 3,8 juta ton hingga 4,3 juta ton. Angka ini tidak termasuk target tambang Kestrel yang ditetapkan 6 juta ton.
Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) akan Gelar Buyback hingga Rp 4 Triliun Adapun nisbah kupas ADRO tahun ini diperkirakan mencapai 4,2 kali. Target tersebut lebih tinggi daripada nisbah kupas aktual 2022 yang sebesar 3,75 kali, karena pada semester pertama 2022 terjadi cuaca berhujan melebihi normal dan keterlambatan pengiriman alat berat. Sebagai perbandingan, ADRO mencatatkan volume penjualan batubara sebesar 61,34 juta ton sepanjang 2022, naik 19% dari 51,58 juta ton pada 2021. Pertumbuhan penjualan terutama didorong oleh produk batubara termal dengan nilai kalori atau
calorific value (CV) menengah (4.700 ke atas) yang meningkat 22% menjadi 44,91 juta ton pada 2022 dibandingkan 36,77 juta ton pada 2021. Produk batubara termal CV menengah meliputi 73% total penjualan ADRO sepanjang tahun lalu. Penjualan batubara metalurgi ADMR juga mencatat lonjakan yang tinggi sebesar 39% menjadi 3,20 juta ton pada 2022 dari sebelumnya 2,30 juta ton pada 2021. Tahun lalu, ADRO sukses mencetak lonjakan pendapatan dan laba bersih, dimana emiten tambang batubara ini meraih laba bersih sebesar US$ 2,49 miliar. Laba bersih ADRO meroket 167,07% dibandingkan tahun 2021 senilai US$ 933,49 juta. Lonjakan laba bersih terdongkrak oleh pertumbuhan signifikan pendapatan usaha, yang mengalami kenaikan 103% secara tahunan. Pendapatan ADRO melesat dari US$ 3,99 miliar menjadi US$ 8,10 miliar atau setara Rp 123,80 triliun.
Menjawab soal potensi pembagian dividen seiring rekor laba bersih, Boy memastikan ADRO akan memikirkan kepentingan pemegang saham. “Kami pasti memikirkan dividen, karena kami selalu seimbang. Saya juga jujur belum tahu berapa (usulan dividennya),” sambung dia. Estimasi dividen versi analis ADRO diproyeksi masih akan royal membagikan dividen. Dalam riset tertanggal 7 Maret 2023. Analis UOB Kay Hian Sekurtas Limartha Adhiputra berekspektasi adanya pembayaran dividen final ADRO dengan potensi imbal hasil (
yield)
dividend hingga 16,5%. Sebagai pengingat, pada 23 Januari, ADRO mengumumkan pembagian dividen interim yang jumbo, yakni sebesar US$ 500 juta atau US$ 0,016 per saham (setara dengan Rp251 per saham). Seiring dengan laba bersih yang melonjak 167% secara
year-on-year (yoy), Limartha memperkirakan rasio pembayaran dividen final untuk tahun buku 2022 setidaknya bisa mencapai 60%, dengan perkiraan pembagian dividen final sebesar US$ 996 juta atau US$ 0,032 per saham (setara dengan Rp 479 per saham dengan asumsi kurs Rp 15.000 per dolar AS. “Harga saham ADRO dapat mengalami
rebound singkat karena ekspektasi pembayaran hasil dividen yang tinggi dan diperkirakan melemah setelahnya,” kata Limartha Selasa (7/3).
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Adaro Energy (ADRO) usai Cetak Rekor Kinerja Di sisi lain, tahun ini Limartha memproyeksikan kinerja ADRO akan terkoreksi seiring dengan melandainya harga batubara. Dia memproyeksikan laba bersih ADRO tahun 2023 akan turun 41,1% YoY, seiring moderasi harga batubara ke level rata-rata US$ 260 per ton sampai US$ 280 per ton pada tahun ini. Penurunan harga batubara akan turut berdampak pada harga jual rata-rata alias
average selling price (ASP) ADRO tahun ini, di mana proyeksi Limartha, ASP ADRO akan terkoreksi 28,5% YoY menjadi US$ 92,4 per ton dari sebelumnya US$ 129 per ton dengan total asumsi volume penjualan batubara sebesar 63 juta ton.
Oleh karena itu, pendapatan ADRO diperkirakan menurun 25,7% YoY menjadi US$ 6,02 miliar pada tahun ini. UOB Kay Hian Sekuritas mempertahankan rekomendasi
sell saham ADRO dengan target harga Rp 2.600 dari target harga sebelumnya di Rp 2.750. Rekomendasi ini disematkan dengan menimbang estimasi laba bersih ADRO akan menurun karena ekspektasi harga batubara yang lebih rendah di tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari