KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adhi Karya Tbk (ADHI) telah menyiapkan sejumlah strategi bisnis untuk memperkuat kondisi keuangan perusahaan. Emiten konstruksi plat merah ini pun sedang memperkuat kapabilitas internal serta menyiapkan strategi finansial yang akan berlanjut di tahun depan. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko ADHI, A.A.G. Agung Dharmawan mengungkapkan, hingga periode September 2021, ADHI meraih kontrak baru senilai Rp 11,3 triliun. Angka itu melonjak 82,3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 6,2 triliun. Selain kenaikan kontrak baru, kinerja keuangan Adhi Karya di sepanjang tahun 2021 cukup mentereng. Di mana, laba bersih ADHI naik 10,6% menjadi Rp 17 miliar per akhir September 2021.
ADHI Chart by TradingView Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Adhi Karya, Entus Asnawi Mukhson mengungkapkan bahwa ADHI juga menantikan pembayaran dari proyek-proyek besar. Entus memberikan gambaran, untuk proyek Jalan Tol Sigli-Banda Aceh, ADHI baru mendapatkan pembayaran Rp 3,6 triliun dari nilai proyek Rp 8,2 triliun. Entus berharap ADHI bisa menerima tambahan pembayaran sekitar Rp 1,5 triliun pada akhir tahun ini. "Sehingga sisanya yang kurang lebih Rp 3 triliun itu (dibayarkan) di tahun depan," ujarnya. Sedangkan untuk proyek LRT, dari nilai proyek Rp 23,3 triliun ADHI sampai saat ini sudah menerima pembayaran sebanyak Rp 13,8 triliun. Entus juga berharap akan ada tambahan pembayaran senilai Rp 1,5 triliun di akhir tahun ini. Sedangkan untuk Rp 4,2 triliun lainnya memang bersifat turn key menunggu penyelesaian Depo dan sebagian stasiun. "Pembayaran dari kedua proyek ini adalah bekal kami. Dengan selesainya pekerjaan yang menjadi skup Adhi Karya, dan LRT beroperasi, harapannya semua sisa pembayaran bisa diselesaikan," sebut Entus. Baca Juga: Adhi Karya (ADHI) catatkan kontrak baru Rp 12,67 triliun hingga Oktober 2021 Di sisi lain, pada tahun depan ADHI harus menyelesaikan restrukturisasi utang jatuh tempo dari obligasi dengan nilai sekitar Rp 4 triliun. ADHI pun berharap bisa mendapatkan dana dari PMN senilai Rp 1,9 triliun di 2022, yang berlanjut ke rights issue Entus bilang, penggunaan dana PMN akan dialokasikan untuk penyertaan modal di beberapa proyek investasi, seperti jalan tol Solo-Yogyakarta, Yogyakarta-Bawen, dan proyek Karian. "Sisa dana rights issue-nya akan dipakai sebagian untuk modal kerja. Sebagian tambahan pengerjaan investasi di proyek yang kami miliki," sambung Entus. Selain itu, ADHI juga akan menjajaki pembiayaan lewat Indonesia Investment Authority (INA) atau Sovereign Wealth Fund (SWF), untuk pendanaan di proyek-proyek yang sedang berjalan. "Jadi ke depan, kami juga akan melihat dari sisi SWF dalam pembiayaan dan pemenuhan kebutuhan investasi ADHI," pungkas Entus. Editor: Anna Suci Perwitasari