Ini strategi Aneka Tambang (ANTM) hadapi volalitas harga nikel di 2018



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas logam industri sepanjang tahun ini masih tertekan. Tapi, tekanan harga nikel sejak awal tahun hingga September terhitung mini.

Pada sembilan bulan pertama tahun ini, harga nikel untuk pengiriman tiga bulan ke depan di London Metal Exchange berada di level US$ 13,730 per ton atau melemah 1,6% year on year (yoy). Sedangkan stok nikel hingga akhir September 2018 mencapai 229.000 ton.

Selain itu, pasar nikel global juga masih diwarnai oleh isu rendahnya pasokan global defisit 22.000 ton. Kekhawatiran terhadap permintaan nikel akibat turunnya prospek sektor manufaktur dan industri China menyusul perang dagang yang terjadi menjadi pemberat harga nikel.


Meskipun demikian, Direktur PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Arie Prabowo Ariotedjo mengaku, penurunan harga nikel tidak terlalu berdampak bagi kinerja ANTM.

"Sebab selain nikel, ANTM juga mengelola emas dan bauksit. Diversifikasi ini memberikan keuntungan bagi Antam, karena volatilitas harga salah satu komoditas tidak secara langsung mempengaruhi kinerja perusahaan," kata Arie kepada kontan.co.id, Jumat (12/10).

Sebagai upaya meningkatan nilai tambah produk emas, pada bulan April 2018 ANTM melalui Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia meluncurkan emas batangan Batik Indonesia Seri II. ANTM senantiasa optimis dengan hadirnya produk emas batangan Batik Indonesia Seri II akan meningkatkan minat masyarakat dalam berinvestasi emas melalui collectible items.

Selanjutnya soal strategi untuk menghadapi penurunan harga nikel, Arie bilang dalam jangka pendek, efisiensi akan menjadi salah satu strategi ANTM untuk mengahadapi volatilitas harga komoditas. "Perusahaan menekan biaya tunai agak tetap memiliki daya saing yang kuat. Sedangkan dalam jangka panjang, ANTM berupaya agar proses konstruksi proyek-proyek hilir berjalan tepat waktu," pungkasnya.

Lebih lanjut, Arie mengungkapkan bahwa untuk Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) diperkirakan commissioning akhir tahun 2018 dan operasi komersial pada awal 2019. "Setelah P3FH, ANTM berfokus pada pengembangan pengolahan komoditas nikel kadar rendah dan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah yang bekerjasama dengan INALUM," lanjut Arie.

Sementara soal rencana di tahun 2019, Arie menyatakan bahwa ANTM akan berfokus pada penyelesaian proyek-proyek hilir yang telah dimiliki.

"Namun demikian kami tidak menutup kemungkinan adanya peluang-peluang proyek pengembangan baru yang bisa generate income. ANTM tetap akan fokus di komoditas inti perusahaan yakni nikel, emas dan bauksit. Khusus di segmen emas, tahun depan kita akan segera memiliki platform penjualan online milik ANTM sendiri," imbuhnya.

Sebagai gambaran, ANTM mencatatkan laba bersih pada semester I 2018 sebesar Rp 344,45 miliar, tumbuh signifikan dibandingkan rugi bersih sebesar Rp 496,12 miliar pada semester I tahun 2017.

Kinerja keuangan ANTM yang solid juga terefleksikan dari pertumbuhan EBITDA di Juni 2018 tercatat sebesar Rp 1,38 triliun tumbuh 249% dibandingkan dengan capaian EBITDA pada Juni 2017 sebesar Rp 397 miliar.

Pertumbuhan kinerja keuangan ANTM yang positif terutama disebabkan dari pertumbuhan kinerja produksi dan penjualan komoditas utama ANTM serta peningkatan efisiensi yang berujung pada stabilnya level biaya tunai operasi ANTM.

Pada Juni 2018 penjualan bersih ANTM tercatat sebesar Rp 11,82 triliun, meningkat tajam sebesar 292% dibandingkan Juni 2017 sebesar Rp 3,01 triliun.

Komoditas emas merupakan komponen terbesar pendapatan ANTM, berkontribusi sebesar Rp 8,20 triliun atau 69% dari total penjualan bersih Juni 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati