Ini strategi Bahana TCW perbaiki kinerja reksadana



JAKARTA. Manajer investasi berupaya memperbaiki kinerja. Salah satu cara, memperpendek durasi aset dasar reksadana pendapatan tetap. Cara ini diharapkan menekan kerugian akibat kenaikan yield surat utang. Salah satu yang menerapkan strategi ini adalah PT Bahana TCW Investment Management.

Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo mengatakan, di aset dasar reksadana Ganesha Abadi, pihaknya memodifikasi durasi obligasi bertenor 5 tahun dan 6 tahun. Mengacu fund factsheet Mei 2015, hampir seluruh aset dasar Ganesha Abadi  atau sekitar 92% ditempatkan di efek obligasi. Sisanya, di saham.

Asal tahu saja, aturan main reksadana ini adalah  boleh memutar hingga 10% aset dasar pada efek saham, lalu 80% hingga 100% pada efek obligasi dan maksimal 20% pada instrumen pasar uang atau kas.


Selain obligasi negara alias surat utang negara (SUN), Ganesha Abadi juga mengoleksi obligasi korporasi Indonesia dengan yield tinggi. "Porsi portofolio obligasi korporasi dan surat utang negara (SUN) pada reksadana ini hampir 50:50," paparnya.

Beberapa sektor pilihan reksadana ini adalah infrastruktur, utilitas, transportasi, perdagangan, jasa dan investasi, aneka industri, serta sektor keuangan 4%. Adapun tiga efek terbesar dalam portofolio Ganesha Abadi adalah SUN, obligasi AMRT dan obligasi JSMR.

Tahun ini, kinerja Ganesha Abadi belum maksimal. Sejak awal tahun hingga 16 Juni 2015 atau year to date (ytd), imbal hasil atau return produk ini masih sekitar 1,98%. Meski demikian, kinerjanya masih di atas rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap (Infovesta Fixed Income Fund Index), yaitu sebesar 0,46% pada periode yang sama.  "Kami memperkirakan hingga akhir tahun ini, Ganesha Abadi bisa membagikan return sekitar 10%," proyeksi Soni.

Investor bisa mengoleksi reksadana pendapatan tetap ini dengan merogoh dana minimal Rp 100.000. Investor akan dikutip biaya pembelian (subscription) maksimal 1,5%.

Sedangkan, biaya penjualan kembali (redemption) maksimal 1%, biaya manajer investasi maksimal 2% per annum. Lalu biaya jasa kustodian maksimal 0,25% per annum.

Analis Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan, prospek Ganesha Abadi akan dipengaruhi faktor-faktor yang menggerakkan pasar SUN. Misalnya,  pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat suku bunga, serta nilai tukar. "Sebab, berdasarkan data alokasi historis yang kami miliki, aset dasar reksadana Ganesha Abadi biasa didominasi instrumen SUN," paparnya.

Edbert memperkirakan, pasar SUN akan membaik pada semester II-2015. Sehingga kinerja produk ini juga bisa terdongkrak. Meskipun begitu, investor tetap harus berhati-hati dengan ketidakpastian yang datang dari eksternal, terutama terkait kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat alias Federal Reserve (The Fed), yang dapat mempengaruhi perubahan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate).

Analis Infovesta Utama Praska Putrantyo juga menilai, prospek reksadana pendapatan tetap akan dipengaruhi kondisi makro ekonomi domestik. Antara lain tingkat inflasi, pergerakan nilai tukar rupiah versus dollar AS, serta pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan menunjukkan perbaikan di semester kedua tahun ini.

Kendati demikian, kinerja reksadana masih dibayang-bayangi ketidakpastian kebijakan moneter dari The Fed, serta masalah krisis utang Yunani. "Keduanya dapat memicu kenaikan imbal hasil obligasi global," jelas Praska.

Ia memperkirakan, kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap melalui Infovesta Fixed Income Fund Index sepanjang tahun ini berkisar 6,38% hingga 7,10%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa