Ini strategi Bank OCBC NISP untuk hadapi risiko likuiditas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Risiko likuiditas akan menjadi salah satu perhatian bankir pada tahun ini. Salah satunya adalah Bank OCBC NISP yang mulai menyiapkan strategi untuk menghadapi risiko likuiditas.

Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP mengatakan, untuk menyikapi kondisi likuiditas bank mengupayakan adanya pencadangan kedua atau secondary reserve yang cukup.

"Selain itu juga diperlukan adanya standby facilities apabila diperlukan setiap saat," kata Parwati kepada kontan.co.id, Jumat (6/7). 


Selain itu, secondary reserve juga bisa dipenuhi dengan diversifikasi sumber dana misalnya dari pasar modal.

Bank OCBC NISP mengatakan pada kuartal II-2018, posisi rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (DPK) atau kerap disebut loan to deposite ratio (LDR) masih di kisaran 90%-95%. 

Untuk mengantisipasi pertumbuhan DPK yang tidak terlalu tinggi, Parwati bilang, OCBC NISP akan mengambil alternatif pembiayaan seperti pinjaman bilateral.

Catatan saja, potensi risiko likuiditas di industri perbankan ini ditunjukkan dengan beberapa indikator. Pertama, indikator pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan yang lebih rendah dibanding pertumbuhan kredit. 

Per Mei 2018, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan DPK 6,47% secara tahunan atau year on year (yoy). Sedangkan pertumbuhan kredit mencapai 10,26% yoy. Hal ini menyebabkan rasio likuditas perbankan semakin besar.

Jika melihat data OJK, sepanjang Januari 2018-April 2018 rasio LDR terus mengalami kenaikan. Sampai April 2018 rasio LDR bank sebesar 90,43%. 

Indikator likuiditas kedua adalah data pasar uang antar bank (PUAB) overnight yang per 5 Juli 2018 sebesar 4,9%. Angka PUAB overnight ini terus naik sejak kenaikan BI rate pada 29 Juni 2018.

Indikator ketiga adalah transaksi transaksi lelang reverse repo SBN dan SBSN selama 2 Juli 2018-4 Juli 2018 yang mencapai Rp 32,6 triliun. Lelang repo SBN dan SBSN ini berfungsi untuk menambah likuiditas yang ada di pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi