Ini Strategi Barito Pacific (BRPT) untuk Jaga Stabilitas Kinerja



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) terus mendorong pengembangan segmen energi terbarukan. Langkah ini sebagai strategi diversifikasi untuk menjaga stabilitas dan keberlanjutan bisnis dari Barito Group.

Direktur Barito Pacifi  David Kosasih mengungkapkan, sektor industri petrokimia bersifat cyclicals. Terutama saat terjadi lonjakan harga minyak mentah dunia, seperti yang terjadi pada tahun ini sebagai imbas dari kondisi geopolitik Rusia - Ukraina.

Alhasil, harga bahan baku petrokimia seperti nafta pun melonjak naik. Kondisi ini akhirnya berdampak terhadap perolehan margin laba. Menimbang karakteristik cyclicals di sektor petrokimia, BRPT pun tak hanya fokus ekspansi di sektor ini.


Emiten milik taipan Prajogo Pangestu ini ikut melebarkan sayap ke sektor energi, terutama energi terbarukan. Pasalnya, sektor energi memberikan kontribusi yang stabil dari sisi likuiditas maupun profitabilitas.

Langkah itu telah dimulai dengan mengakuisisi Star Energy Geothermal pada tahun 2018. Menurut David, strategi ini telah membuahkan hasil.

Baca Juga: Grup Barito Pacific Bekerja Sama dengan Grup PLN,Dukung Transisi Energi Keberlanjutan

"Sudah terbukti sejak melakukan akuisisi, tiga tahun terakhir meski dunia usaha dan kondisi makro dinamis, kami masih bisa memiliki bottom line dan profitabilitas margin yang cukup stabil," ujar David secara virtual, Jum'at (2/12).

Saat ini Star Energy Geothermal memiliki tiga aset operasional Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) dengan total kapasitas terpasang 875 megawatt (MW). Meliputi, PLTP Wayang Windu di Bandung dengan dua unit pembangkit berkapasitas total 227 MW.

Kedua, PLTP Salak di Sukabumi dan Bogor dengan total kapasitas 377 MW. Ketiga, PLTP Darajat yang berlokasi di Garut dan Bandung dengan total kapasitas terpasang 271 MW.

Head of Investor Relations Barito Pacific Pandu Anugrah menambahkan, dari sisi operasional rata-rata utilisasi PLTP Star Energy berada di atas 90%. Hal ini menggambarkan segmen geothermal memberikan kontribusi yang stabil bagi BRPT.

"Sehingga secara grup, profil ketahanan dan diversifikasi pertumbuhan kami saat ini jauh lebih kuat dan seimbang. Industri petrokimia yang cyclicals diseimbangkan dengan segmen yang lebih stabil," imbuh Pandu.

Sebagai informasi, pendapatan Star Energy Geothermal naik 6,8% secara tahunan (YoY) menjadi US$ 424 juta sepanjang periode sembilan bulan 2022. Capaian ini terutama didorong oleh kenaikan penjualan listrik dan uap.

 
BRPT Chart by TradingView

BRPT pun mengejar penambahan kapasitas geothermal. Terdekat, BRPT akan mendapatkan tambahan sekitar 15 MW dari proyek Salak Binary yang ditargetkan beroperasi komersial (COD) pada tahun 2023.

Selain itu, BRPT juga melakukan eksplorasi untuk menemukan energi panas bumi yang lebih besar. Eksplorasi sedang dilakukan di Hamiding - Maluku Utara dan Sekincau - Lampung.

BRPT juga masih akan mengembangkan aset operasional di Wayang Windu. Saat ini sedang dilakukan berbagai persiapan dan menyelesaikan tahapan perizinan. "Jadi progresnya masih akan berjalan untuk beberapa tahun ke depan." tambah David.

Konsolidasi Anak Usaha

Sebagai bagian dari strategi ekspansi di energi terbarukan, BRPT melakukan konsolidasi anak usaha ke dalam PT Barito Renewables Energy (BREN). Melalui inbreng seluruh saham BRPT dan Green Era Energy Pte. Ltd. (GE) di dalam Star Energy Group Holdings Pte. Ltd. (SEGHPL) ke dalam BREN.

Merujuk keterbukaan informasi pada 2 November 2022, 66,7% saham BRPT dan 33,3% saham GE dari seluruh saham yang diterbitkan oleh SEGHPL akan diinbrengkan ke dalam BREN. Sebagai penyetoran atas 19.463.808 lembar saham baru yang diterbitkan oleh BREN.

Transaksi inbreng dilakukan dengan nilai US$ 1,24 miliar atau setara Rp 19,46 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.596 per dolar AS. Dengan langkah ini, BRPT menyiapkan BREN sebagai entitas dalam negeri yang akan menaungi (induk) kepemilikan aset Barito Grup di sektor energi terbarukan.

Baca Juga: Barito Pacific (BRPT) Berencana Membagikan Saham Bonus

Barito Grup berharap, restrukturisasi melalui BREN ini bisa membuka lebih lebar peluang untuk mengembangkan sektor energi terbarukan. Baik dari sisi operasional maupun akses pendanaan.

Menurut David, langkah ini lazim dilakukan oleh suatu grup usaha untuk melakukan reorganisasi. "Dalam hal ini Barito Grup memiliki satu segmen usaha yang berfokus di energi terbarukan. Jadi apabila nanti ada unit usaha baru yang berada di sektor ini, kami akan meletakkan di bawah BREN," terang David.

Rencana Ekspansi

Di samping menggeber pengembangan energi terbarukan, BRPT juga menggenjot ekspansi di segmen lainnya. Yakni petrokimia dan energi dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Melalui anak usahanya, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), Barito Group menggarap kompleks Chandra Asri Perkasa (CAP) 2. Proyek tersebut sedang dalam persiapan perancangan atau Engineering, Procurement and Construction (EPC) bidding.

"(Melalui proyek CAP 2) kami akan meningkatkan kapasitas dua kali dari kapasitas sekarang, hampir menjadi 9 juta ton per tahun," jelas Pandu.

Baca Juga: Chandra Asri (TPIA) Kantongi Pendapatan Bersih US$ 1,9 Miliar hingga Kuartal III

Mengutip berita sebelumnya, kompleks petrokimia kedua Chandra Asri ini bakal menambah kapasitas dari 4,7 juta ton menjadi 8,9 juta ton per tahun. Nilai investasinya diestimasikan sebesar US$ 5 miliar.

Selain itu, BRPT sedang menggarap PLTU Jawa 9 & 10 lewat kepemilikan sahamnya di PT Indo Raya Tenaga. Konstruksi PLTU sudah dilakukan sejak tahun 2020. Menurut David, progresnya masih sesuai rencana dengan target pengoperasian pada akhir 2024 atau awal tahun 2025.

Dari sisi teknologi, PLTU berkapasitas 2 x 1.000 MW ini menggunakan ultra super critical yang bisa meningkatkan efisiensi pembakaran hingga 45%. Sehingga menghasilkan tingkat emisi yang lebih rendah.

Indo Raya Tenaga bersama PLN Enjiniring juga telah menjajaki kerjasama untuk studi terkait penggunaan 60% green amonia dalam coal-firing. Dengan berbagai strategi tersebut, imbuh David, BRPT menjaga posisi neraca keuangan dan likuiditas yang sehat.

"Supaya kami selalu siap apabila nanti kondisi makro ekonomi membaik, kami sudah dapat menangkap peluang untuk (menumbuhkan) kinerja usaha," tandas David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari