JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatatkan kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) kuartal I 2017 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Per Maret 2017, NPL bank berkode emiten BBNI ini di level 3,00%, naik 20 basis poin (bps) dibanding Maret 2016 sebesar 2,8%. Direktur Bisnis Menengah BNI, Putrama Wahyu Setiawan mengatakan, kenaikan NPL tersebut mayoritas berasal dari kredit korporasi. Jika merujuk pada laporan kinerja kuartal I-2017, kredit bermasalah di segmen korporasi naik cukup tinggi menjadi 2,7% dari posisi 2,2% pada kuartal I 2016. Jika dirinci, sektor pertambangan menyumbang NPL terbesar yakni mencapai 9,4% pada Maret 2017, naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 5,5%. Putrama mengatakan, tingginya sektor pertambangan masih dipengaruhi oleh belum stabilnya harga komoditas dari tahun lalu.
Ini strategi BNI tekan laju NPL 2017
JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatatkan kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) kuartal I 2017 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Per Maret 2017, NPL bank berkode emiten BBNI ini di level 3,00%, naik 20 basis poin (bps) dibanding Maret 2016 sebesar 2,8%. Direktur Bisnis Menengah BNI, Putrama Wahyu Setiawan mengatakan, kenaikan NPL tersebut mayoritas berasal dari kredit korporasi. Jika merujuk pada laporan kinerja kuartal I-2017, kredit bermasalah di segmen korporasi naik cukup tinggi menjadi 2,7% dari posisi 2,2% pada kuartal I 2016. Jika dirinci, sektor pertambangan menyumbang NPL terbesar yakni mencapai 9,4% pada Maret 2017, naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 5,5%. Putrama mengatakan, tingginya sektor pertambangan masih dipengaruhi oleh belum stabilnya harga komoditas dari tahun lalu.