BANDAR LAMPUNG. PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk mendapat amanah dari pemerintah untuk menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) 2015 mencapai Rp 21,4 triliun. Angka itu terdiri dari Rp 17 triliun untuk KUR mikro dan Rp 4 triliun sebagai KUR ritel dan selebihnya adalah KUR yang diperuntukkan bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Selama dua pekan pelaksanaan KUR, BRI telah mampu menyalurkan kredit sebesar Rp 478 miliar. Angka itu dicapai dalam jangka waktu dua pekan pelaksanaan KUR dengan jumlah debitur mencapai 34.000 nasabah. Bank dengan kode emiten BBRI ini baru saja muluncurkan KUR mikro di unit Way Halim, Bandar Lampung, dengan realisasi penyaluran KUR mencapai Rp 27 miliar yang disalurkan kepada 2.000 nasabah. Wakil Direktur Utama BRI, Sunarso, menuturkan, perseroan memiliki strategi dalam menyalurkan KUR ini. Pertama, perseroan mengoptimalkan seluruh jaringan kantor cabang, kantor unit, outlet BRI, bahkan melalui leverage agen BRILink. Bank dengan kode emiten BBRI ini memanfaatkan jaringan 10.496 kantor cabang dan didukung 175.000 e-channel, 28.000 mantri untuk salurkan KUR dan juga 35.000 agen BRILink yang dapat mengumpulkan aplikasi permintaan kredit.
Kedua, kata Sunarso, perseroan juga mengoptimalkan hari kerja dalam menyalurkan KUR. Sunarso bilang, penyalur KUR BRI yang biasa disebut mantri, diperbolehkan untuk menyalurkan KUR di luar hari kerja formal yaitu pada Sabtu dan Minggu, dengan diberikan insentif tambahan. Dengan sisa waktu hanya kurang dari empat bulan ini, perseroan optimis untuk memenuhi target penyaluran KUR seperti yang ditargetkan yaitu sebesar Rp 21,4 triliun. "Karena penyaluran KUR merupakan upaya untuk menghidupkan usaha masyarakat kecil dan kehidupan ekonomi yang lebih baik," jelas Sunarso di Bandar Lampung, Sabtu (5/9). Sunarso bilang, peran mantri sebagai penyalur KUR BRI di daerah, tidak hanya sebagai penjaring nasabah dan juga tenaga marketing kredit. Mantri BRI juga memberikan pendampingan pengembangan usaha kepada debitur KUR, dalam membesarkan usaha. Sunarso merinci, di Bandar Lampung, BRI memiliki sembilan mantri yang aktif menyalurkan KUR. Satu orang mantri, kata Sunarso, dapat menangani 300 nasabah debitur BRI. Meski mahir dalam menyalurkan kredit mikro, Sunarso tak memungkiri, dalam penyaluran KUR, tetap ada risiko kredit bermasalah yang dapat menyumbang angka
non performing loan (NPL) perbankan. Oleh sebab itu, dalam penyaluran KUR, BRI tetap mengutamakan asas kehati-hatian. "Dalam menyalurkan kredit, risiko kredit bermasalah pasti ada. Tetapi sampai batas tertentu, kami akan lakukan penanganan terkait kredit bermasalah. Penyaluran KUR tetap ikuti kaidah penyaluran kredit secara prudent," ucap Sunarso. Lebih lanjut Sunarso menjelaskan, rasio kredit bermasalah dalam penyaluran KUR, sudah dapat diminimalisir dengan adanya asuransi kredit sebesar 70% yang ditanggung oleh Jamkrindo dan Askrindo. "Risiko KUR dicover asuransi kredit. Jadi kalau macet, maka bank penyalur KUR bisa klaim ke asuransi kredit," kata Sunarso. Dalam penyalurannya, terdapat dua macam KUR yaitu KUR ritel dengan nominal kredit di atas Rp 25 juta sampai dengan Rp 500 juta dan juga KUR mikro yaitu usaha rakyat di bawah Rp 25 juta. Program KUR kali ini, diberikan stimulus berupa penurunan besaran bunga kredit menjadi hanya 12% dari sebelumnya sebesar 22%. Hal ini dilakukan demi mendorong pertumbuhan sektor mikro yang identik dengan Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM). Tata cara subsidi bunga KUR ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) terbaru Nomor 146/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Subsidi Bunga untuk Kredit Usaha Rakyat. Dalam beleid ini, untuk pertama kalinya, besaran subsidi bunga ditulis. Untuk bank pelaksana, pemerintah akan membayarkan sebesar 7% per tahun untuk kredit mikro, 3% per tahun untuk kredit ritel, dan 12% per tahun untuk kredit tenaga kerja Indonesia. Penetapan besaran subsidi bunga dilakukan oleh Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan kemampuan pemerintah menyediakan alokasi belanja subsidi.
Sunarso menyatakan, perseroan optimis penyaluran pinjaman di sektor usaha mikro bisa tumbuh dikisaran 17%-18% sepanjang 2015 ini. Selain pertumbuhan pinjaman dan simpanan, fokus lainnya adalah menjaga kualitas rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) segmen mikro. Lebih lanjut Sunarso menambahkan, untuk mencapai pertumbuhan kredit sektor usaha mikro di level tersebut, salah satu upaya perseroan adalah dengan meningkatkan jangkauan jasa layanan perbankan di sektor usaha mikro hingga ke wilayah-wilayah terpencil. Sebagai catatan, hingga Juni 2015, total outstanding BRI di segmen KUR mikro mencapai Rp 13 triliun dengan jumlah debitur mencapai 1,7 juta nasabah. Sejak moratorium KUR oleh Pemerintah, BRI meluncurkan kredit Kupedes Rakyat sebagai alternatif bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang tidak dapat mengajukan KUR. Sejak Januari 2015, Kupedes Rakyat mampu membukukan outstanding kredit mencapai Rp 14,4 triliun dengan total debitur sebanyak 1,2 juta nasabah. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie