Ini strategi ekspansi emiten ritel di Tahun Naga



JAKARTA. Bursa saham belum terbebas dari pengaruh buruk krisis Eropa. Hal ini jadi satu pertimbangan para analis dalam memberi rekomendasi saham. Para pemodal disarankan memilih saham emiten yang bisnisnya bergantung pada konsumsi domestik, seperti perusahaan ritel.

Harry Su, Kepala Riset Bahana Securities berpendapat, pada tahun Naga Air ini, bisnis ritel memiliki prospek cukup cerah. Pertumbuhan masyarakat di usia produktif serta peningkatan lapangan pekerjaan merupakan mesin utama pertumbuhan bisnis peritel.

Ujung-ujungnya, dengan pendapatan per kapita yang naik, konsumsi masyarakat makin bergairah. "Kinerja peritel akan sangat terdongkrak, terutama peritel yang melakukan ekspansi besar-besaran," ujar dia, Jumat (27/1).


Ekonomi makro yang membaik merupakan yang membuat peritel sudah merencanakan sejumlah agenda ekspansi dengan membuka gerai baru tahun ini. Ambil contoh PT Mitra Adiperkasa Tbk. Emiten dengan kode saham MAPI itu, mengalokasikan belanja modal senilai Rp 600 miliar untuk membuka gerai baru dan akuisisi merek.

Pemegang lisensi Starbucks, Burger King dan Domino\'s Pizza itu, berniat menambah 350 gerai baru tahun ini. Sekitar 75 hingga 100 gerai di antaranya adalah gerai untuk segmen makanan dan minuman atau food and beverage (F&B). Adapun sisanya merupakan speciality store.

Selain membuka gerai baru, perseroan tersebut juga berniat menambah luas department store Sogo serta Debenhams di Jakarta. MAPI akan membuka gerai Sogo di Kota Kasablanka dan Debenhams di Kemang Village.

PT Modern International Tbk (MDRN), pemilik gerai 7-Eleven juga berencana membangun 500 gerai waralaba baru dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Khusus untuk tahun ini, MDRN berniat mendirikan 60 gerai baru. Perseroan itu telah menyiapkan dana Rp 180 miliar untuk membiayai ekspansi.

Strategi Ekspansi

Jurus menambah gerai baru juga diterapkan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS). Emiten itu akan membangun sedikitnya lima gerai baru. Masing-masing berlokasi di Cirebon, Lampung, Kebayoran Lama, Papua, dan Jawa Barat. Total luas kelima gerai itu adalah 48.000 meter persegi (m2). Perseroan ini telah menyiapkan dana Rp 300 miliar untuk pembangunan lima gerai itu.

Setelah beroperasi penuh, RALS berharap, kelima gerai baru ini bisa berkontribusi terhadap pendapatan perseroan sebesar Rp 300 miliar.Dengan begitu, pendapatan RALS pada 2012 bisa terdongkrak menjadi Rp 7,4 triliun. Sedangkan sepanjang tahun lalu, manajemen memperkirakan pendapatan RALS sebesar Rp 6,5 triliun.

Distributor perkakas rumah tangga PT Ace Hardware Tbk (ACES) juga berniat menambah gerai baru antara 10-15 unit pada tahun ini. Untuk tiap meter persegi, biaya investasi yang dibutuhkan sebesar Rp 4 juta. Artinya, ACES harus menyiapkan capex sekitar Rp 160 miliar.

Jansen Kustianto, Analis Sinarmas Sekuritas menilai, untuk peritel tertentu, seperti RALS dan ACES, penjualan dari gerai-gerai baru akan lebih tinggi dibandingkan penjualan di gerai-gerai lama. "Gerai baru akan berpengaruh terhadap kontribusi pendapatan dan laba perseroan. Pasalnya, toko-toko baru bisa menutupi kinerja dari gerai lama yang sudah jenuh," kata Harry.

Yang penting diperhatikan oleh perusahaan peritel di saat melakukan ekspansi gerai adalah pemilihan lokasi gerai serta ketepatan membaca peta kompetisi di daerah yang menjadi incaran ekspansi. Strategi promosi juga bisa menjadi penentu keberlanjutan gerai baru untuk menyokong kinerja perseroan di masa mendatang.

Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities menambahkan, laju inflasi dan suku bunga di tahun ini yang cenderung rendah menjadi obat kuat tambahan bagi peritel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri