Ini Strategi Harum Energy (HRUM) di tengah fluktuasi harga batubara



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kondisi harga batubara yang fluktuatif, PT Harum Energy Tbk (HRUM) optimis dengan prospek perkembangan pasar batubara dalam jangka menengah.

Direktur Utama Harum Energy, Ray Antonio Gunara menyampaikan harga rata-rata penjualan batubara Harum Energy pada kuartal pertama tahun ini sebesar US$ 62,1 per ton. Nilai tersebut turun sebesar 15,9% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 70,6 juta per ton.

Meski begitu, sekarang mereka tengah menjajaki peluang perluasan usaha, tak terkecuali untuk mengakuisisi aset-aset tambang baru yang dinilai mampu menghasilkan nilai tambah bagi pertumbuhan jangka panjang mereka. “Kalau bisa kita cari yang lokasinya berdekatan dan juga sudah berproduksi,” ungkap Ray, Kamis (16/5).


Ia menambahkan apabila mereka mampu memperoleh tambang yang sudah berproduksi, HRUM tak perlu merogoh kocek untuk menyiapkan sarana dan prasarananya.

Kemudian, sambungnya, kalori yang mereka incar setidaknya sama dengan kadar yang diproduksi HRUM. Saat ini HRUM memproduksi batubara dengan kalori 5.400 kcal/kg hingga 6.400 kcal/kg. “Kenapa demikian, artinya kita kan menjual ke pelanggan yang sama, apabila kalorinya berbeda berarti kan pelanggannya beda lagi,” ujarnya.

Sampai saat ini HRUM dan anak usahanya memiliki estimasi sumber daya JORC sekitar 487 juta ton dengan cadangan sebesar 64 juta ton batubara atau masih bisa bertahan hingga 12 tahun ke depan apabila produksi tahunan mereka sebesar 5 juta ton.

Ray mengaku sebagai salah satu strategi perusahaan tahun ini yakni mengembangkan cadangan batubara dan diversifikasi. HRUM tengah berupaya untuk meningkatkan jumlah cadangan dan sumber daya untuk memastikan pertumbuhan produksi yang berkelanjutan.

Selain itu mereka juga melihat peluang untuk meningkatkan tingkat integrasi bisnis ke sektor hilir. Ray bilang, HRUM berencana untuk masuk ke bisnis pembangkit listrik tenaga uap.

Selanjutnya HRUM terus meningkatkan efisiensi di seluruh rantai logistik dan mengendalikan biaya produksi melalui optimalisasi rasio pengupasan dan volume produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .