Ini strategi Kalbe di bisnis minuman



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis minuman (beverage) terus dilirik pemain bisnis. Tak terkecuali pemain industri farmasi seperti PT Kalbe Farma Tbk. Melalui minuman air kelapa dengan merek Hydro Coco, Kalbe ingin mendulang pendapatan. Kali ini strategi soft selling pun dilakukan. Hydro Coco co-branding dengan Kementerian Pariwisata menawarkan produk berbalut tempat wisata unggulan Indonesia. Arwin N Hutasoit, Head of Marketing Kalbe Beverages PT Kalbe Farma Tbk menjelaskan konsumen saat ini tidak bisa lewat penjualan hard selling. Diperlukan cerita yang menarik agar konsumen bisa tertarik membeli.

"Sejalan dengan itu, Hydro Coco mengangkat lokasi pariwisata alam Indonesia dalam kemasan agar semakin dikenal destinasi pariwisata," ujarnya, Jumat (29/9). Beberapa lokasi pariwisata yang muncul di kemasan Hydro Coco seperti Pulau Padar di Labuan Bajo, Broken Beach Nusa Penida Bali, Raja Ampat di Papua, dan Pantai Atuh Nusa Penida Bali.

"Tak hanya di nasional tetapi juga global melalui kegiatan pemasaran Hydro Coco di luar negeri," lanjut Arwin. Tahun lalu, emiten berkode dagang KLBF ini mengklaim bisa menjual 50 juta kemasan Hydro Coco. "Target penjualan bisa tumbuh double digit dibanding tahun lalu," katanya. Untuk itu, pihaknya melihat porsi ekspor akan digalakkan. Dari awalnya 5% ditargetkan bisa menjadi proporsinya sebesar 10%. Tujuan utama negaranya di Uni Emirat Arab, Hongkong, Cina, Korea Selatan dan area Jepang.


"Kami masuk lewat kantor representasi Kalbe dan juga trade ke perusahaan lokal," katanya. Saat ini pabrik Hydro Coco berada di Riau dengan kapasitas pabrik 70.000 ton per tahun. Proses produksi jadi di Riau lalu dikirim ke Jakarta. Kemudian didistribusikan nasional serta ekspor. Sebagai informasi, bahan baku diambil dari perkebunan Sambu Group yang berada di Riau. Estimasi produksi kelapa 423 ribu ton per tahun di Riau. Menurutnya Indonesia bisa memproduksi 2,5 juta ton kelapa per tahun. Sumber daya sebesar itu menurutnya bisa unggul di global dan hanya bersaing dengan Brazil, Meksiko, India dan Filipina.

"Kami lihat selain Riau bisa berkembang ambil bahan baku di Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan Maluku Utara. Tetapi untuk saat ini di Riau sudah cukup," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina