Ini strategi Kalbe Farma (KLBF) hadapi pergerakan rupiah di tahun 2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) tak mau terlalu terlena dengan membaiknya nilai tukar rupiah di awal tahun 2019 ini.

Direktur Utama KLBF Vidjongtius mengatakan bahwa penguatan nilai tukar rupiah tentu akan memberikan dampak positif bagi kinerja perusahaannya khususnya harga pokok produk. Mak ia berharap penguatan rupiah terus stabil ke depan.

Di sisi lain, ia melihat bahwa jika penguatan rupiah cuma sesaat, maka tentu tak akan berdampak sama sekali bagi penurunan beban bisnis KLBF. "Jadi perlu kita monitor minimal tiga bulan ke depan," paparnya kepada kontan.co.id, Kamis (17/1).


Vidjongtius juga menjelaskan bahwa kontribusi bahan baku impor KLBF saat ini sekitar 60% hingga 70% dari total harga pokok produksi. Meski demikian, pihaknya telah melakukan antisipasi lewat lindung nilai alias hedging. 

"Hedging Kalbe dilakukan melalui cash balance in USD di neraca. Hedging dalam bentuk cash di neraca tidak menggunakan berapa jumlah kursnya. Ini sudah termasuk modal kerja," imbuhnya. Lalu untuk memperbaiki margin, dia menyebut perseroan terus mengupayakan strategi product mix yang dipasarkan, efisiensi biaya produksi dan distribusi, serta meluncurkan produk baru yang lebih baik.

Berdasarkan laporan keuangan KLBF kuartal III-2018 total penjualan bersih KLBF mencapai Rp 15,67 triliun atau naik 3,90% dibanding akhir 2017. Dari angka tersebut, porsi penjualan ekspornya sebesar Rp 881,68 miliar atau sekitar 6% dari total penjualan.

Namun, beban pokok penjualan perseroan naik lebih tinggi secara tahunan pada kuartal III-2018. Tercatat, terjadi kenaikan 6,07% dari Rp7,72 triliun menjadi Rp8,19 triliun. Alhasil, KLBF membukukan laba bersih Rp1,77 triliun sepanjang Januari 2018-September 2018. Jumlah itu naik 1,41% dari Rp 1,80 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .