KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjalankan bisnis UMKM agar bisa memasarkan produknya di global memang bukan persoalan mudah. Sejumlah tantangan ada saat para pelaku UMKM masuk ke pasar global. Salah satunya adalah soal komunikasi bisnis. Konsultan Komunikasi REQComm Retno Kusumastuti membagikan tips bagaimana cara beretika dalam komunikasi bisnis yang baik, terutama dalam hal ekspor bagi pemula. "Etika komunikasi bisnis merupakan step awal sebuah UMKM dam berkomunikasi dengan berbagai pihak untuk menghadapi tantangan ekspor, misalnya terhadap calon pelanggan atau buyer bahkan pesaing usaha dan pemerintah," kata Retno dalam webinar diskursus 'Strategi Memulai Bisnis Ekspor from Zero to Hero' yang diselenggarakan oleh REQSpace yang bekerjasama dengan REQComm Sabtu (2/12) kemarin. Salah satu hal penting dalam komunikasi yang terjalin dalam konteks bisnis adalah bagaimana menjadi jujur, adil dan bertanggungjawab. Sehingga tidak ada langkah yang mengarah ke hal negatif khususnya dalam mencermati kebutuhan konsumen terhadap produk-produk di pasar global
"Selain itu yang dibutuhkan adalah prinsip dasar dalam etika bisnis, pertama adalah kejujuran, karena menyembunyikan fakta dan memberikan informasi yang menyesatkan akan merusak reputasi perusahaan," kata Retno. Kemudian kerahasiaan, menurutnya pelanggaran privasi akan berujung pada sanksi hukum. Misalnya menjual data base para pelanggan. "Lalu keadilan, komunikasinya harus setara ketika berhadapan dengan mitra bisnis, pelanggan semuanya harus kita perlakukan setara. Tanggungjawab sosial, etika komunikasi bisnis itu melibatkan cara perusahaan berkomunikasi mengenai dampak lingkungan, kesejahteraan sosial, dan masalah etis lainnya," kata dia. Lebih lanjut, ia menjelaskan mengapa menghindari pelanggaran hukum masuk dalam etika komunikasi bisnis, karena pelanggaran hukum akan berdampak pada hal yang serius. "Kesimpulannya, komunikasi bisnis adalah pondasi untuk menjalankan bisnis yang sukses, tadi seperti negosiasi. Bagaimana melakukan negosiasi, tentu saja membutuhkan jam terbang, sehingga jika tidak dia sah maka tidak akan mahir," katanya. Nantinya perusahaan akan mendapat reputasi yang baik sehingga menurut Retno bisa memenangkan kepercayaan pelanggan dan menciptakan lingkungan bisnis yang lebih baik untuk semua pihak. Praktisi Ekspor dan Founder UKM Eksporter Indonesia Dewi Harlas menambahkan bahwa jika Anda ingin menjadi eksportir pemula, harus mempersiapkan mental yang kuat. Karena menurutnya, bisnis ekspor memiliki rantai yang panjang tak seperti perdagangan lokal. "Kalau berbicara mengenai persiapan dan langkah apa yang harus dilakukan pertama kali untuk mejadi exportir, yang pasti adalah mental dulu. Karena ekspor ini adalah bisnis dengan rantai yang cukup panjang, tidak seperti di perdagangan lokal yang kita cukup jualan ketemu pembelian selesai, tapi di bisnis ekspor ini ada step-step atau langkah-langkah yang cukup panjang," kata Dewi. Dewi mengatakan bahwa sejumlah tahapan tersebut mulai dari approach buyer, pengiriman sampel, approval sample, menyiapkan sertifikatnya, pengiriman barang dan sebagainya sampai akhirnya sampai kepada pembeli. "Untuk menjadi eksportir, kita siapkan dulu marketingnya atau tools-toolsnya, karena dalam bisnis ekspor ini kita akan berjualan atau berbisnis 100 persen online. Sehingga kita harus mempunyai tools-tools di mana buyer itu bisa menemukan kita secara online juga," kata dia. Lebih lanjut, Dewi menjelaskan terdapat sejumlah hal yang juga perlu diperisiapkan mulai dari profil perusahaan, katalog produk, website, sosial media dan izin ekspor yang melekat pada perusahaan. Menurutnya, persiapan tersebut dilakukan salah satunya untuk membangun kepercayaan para buyer. "Sehingga untuk yang berminat untuk menjadi eksportir juga wajib banget untuk mempunyai legalitas perusahaan. Kemudian setelah ada legalitas perusahaan dibuatkan juga rekening perusahaannya, karena para buyer itu merasa tidak aman kalau harus transfer ke rekening pribadi. Karena kan belum tentu si buyer ini mengenal kita, tiba-tiba disuruh transfer ke rekening pribadi, sudah pasti para buyer akan keberatan," lanjutnya. Lalu, ia juga menjelaskan bagaimana strategi untuk bisa melakukan ekspor, yang pertama harus punya produk, menguasai product knowledge dari hulu sampai hilir. "Misal mau mengekspor daun pisang, maka kita harus tau daun pisang ini mulai daei proses penanamannya seperti apa, proses packing, speknya seperti apa dan harus tau kapasitas perbulannya berapa, bisa digunakan seperti apa," katanya. "Intinya semua knowledge produk yang kita jual itu harus tahu semua, karena ini nanti akan berkaitan dengan HS code produk kita. Supaya kita ngga lost opportunity atau dighosting oleh buyer, karena mereka hanya akan membeli produk-produk dari mereka yang sudah experts di bidangnya," ujarnya. Senada Konsultan Digital Bisnis Tuhu Nugraha mengungkap terkait dengan bagaimana media sosial dan digital membantu UMKM Indonesia untuk melakukan ekspor. Menurutnya, yang harus dilakukan pertama adalah mengetahui target audiencenya yang memiliki potensi untuk membeli produk yang dijual. "Ngapain sih kita mindsetnya harus negara negara mainstream, Eropa, Amerika, Jepang. Padahal tujuan ekspor itu bermacam-macam. Afrika itu butuh produk yang kualitasnya ngga harus terbaik, dan juga soal regulasi pasti mereka ngga repot dan ribet, ngga serepot ketika Anda ingin berjalan ke Eropa yang dibuat ribet untuk melindungi produk lokal mereka," kata Tuhu. Karena menurutnya, negara-negara tersebut lebih banyak lansianya,sehingga tingkat konsumsi produknya akan lebih rendah. Sementara itu, ia menilai bahaa negara seperti Afrika atau Asia lainnya memiliki penduduk yang masih muda-muda, sehingga kemungkinan pembelian produknya akan lebih banyak. "Karena saya setuju bahwa setiap produk memiliki segmentnya masing-masing dia ngga harus terbaik, yang penting laku dan murah," kata dia. Setelah mengetahui siapa target audiencenya, selanjutnya yaitu membuat cerita mengenai produk yang akan dipromosikan semenarik mungkin yang membuat mereka meliriknya. "Kemudian visualnya yang bagus ini jadi penting bagi produk ekspor, apalagi ngga langsung bertemu dengan pembeli, karena mereka ya lihat dari visualnya, bagaimana mereka mau tertarik kalau visualnya ngga bagus," lanjutnya. Bahkan di jaman sekarang ini, Tuhu mengatakan bisa membuat desan menggunakan AI atau Artificial Intelligence dengan mudah. "Jadi sekarang itu tinggal bagaimana kita menciptakan story yang menarik. Memahami produk kemudian dijual dengan pengemasan seperti apa. Kemudian branding, ini harus konsisten. Interaktif dan mengajak berpartisipasi ini menjadi penting, untuk meningkatkan alogaritma," kata Tuhu.
Selanjutnya, membuat konten yang relevan dengan produk yang dipasarkan, mengetahui apa yang dibutuhkan pasar, memiliki tujuan yang jelas dan mempelajari isu yang ada dj negara target ekspor. "Channel kita gimana, sosial media kita seberapa, website kita seperti apa, kita akan mengikuti audiencenya, bukan mereka yang mengikuti apa yang kita punya. Kekuatan story telling menjadi penting, untuk meyakinkan orang-orang di sosial media serta bisa memperluas pasar," tambahnya. Tuhu mengatakan bahwa dengan adanya digitaliasai, semua orang mempunyai informasi yang lebih lengkap yang artinya persaingan pun lebih banyak. "Kalau jaman dulu informasinya susah, tapi kalo usah nembus gampang. Tapi sekarang nembusnya gampang, tapi bertahannya susah. Untuk bisa bertahan harus punya branding yang kuat, konsistensi produk untuk buyer, konsistensi narasi dan jadwal posting," ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Lamgiat Siringoringo