Ini Strategi MI Unggulan Kelola Reksadana Campuran dengan Kinerja Mumpuni



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Manajer investasi (MI) mengelola dengan baik produk reksadana campuran di sepanjang tahun 2022. Hal tersebut tercermin pada kinerja produk reksadana MI yang mampu mengungguli rata-rata kinerja reksadana campuran.

Misalnya saja Panin Asset Management (AM) yang mampu mencatatkan kinerja apik. Bahkan, salah satu produk reksadana campuran Panin Asset berhasil menjadi jawara di tahun 2022

Data Infovesta Utama menunjukkan bahwa produk Panin Dana Bersama mencetak return tertinggi sebesar 36,27%. Produk reksadana campuran lainnya milik Panin diantaranya Panin Dana Prioritas dan Panin Dana Unggulan mencetak return masing-masing sebesar 5,55% dan 3,70%.


Sementara, rata-rata kinerja reksadana campuran yang tercermin pada Infovesta Balanced Fund Index tumbuh tipis 0,33% selama tahun 2022.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menjelaskan bahwa berbagai produk reksadana kelolaan Panin memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Untuk produk reksadana campuran Panin AM yang mayoritas berinvestasi pada saham yaitu Panin Dana Unggulan, Panin Dana Bersama, dan Panin Dana Bersama Plus. Sedangkan, reksadana campuran Panin AM yang mayoritas berinvestasi pada obligasi adalah Panin Dana Prioritas, Panin Dana USD, dan Panin Dana Syariah Berimbang.

Baca Juga: Di Tengah Gejolak Sepanjang Tahun 2022, Kinerja Reksadana Masih Bisa Bertumbuh

Rudiyanto mengungkapkan, keberhasilan Panin AM mengelola reksadana campuran ialah karena pilihan saham dalam portofolio telah naik lebih banyak dibandingkan rata-rata pasar. Keahlian Panin AM yaitu dalam melakukan stock picking yang berpotensi mengalahkan kinerja pasar dalam jangka panjang.

Sementara, reksadana campuran yang berbasis obligasi menerapkan strategi untuk mengurangi risiko dengan memilih obligasi yang memiliki durasi lebih pendek.

Di samping itu, Panin juga rajin mengatur kombinasi antara obligasi pemerintah dan obligasi korporasi.

"Pengelolaan reksadana campuran Panin AM lebih berfokus pada pemilihan saham dan strategi pengaturan durasi serta kombinasi obligasi pemerintah dan korporasi," ujar Rudiyanto kepada Kontan.co.id, Rabu (4/1).

Sebagai gambaran, komposisi produk Panin Dana Bersama sebagai pencetak return tertinggi diisi oleh oleh saham-saham seperti ADRO, BDMN, PNBN, ITMG, INKP, BUMI, PNLF hingga SMRA. Serta dilengkapi dengan mengoleksi Deutsche Bank AG dan Obligasi Negara Republik Indonesia Seri FR0079.

Rudiyanto bilang, strategi ke depan masih menyesuaikan komposisi yang sesuai dengan bobot mayoritasnya. Strategi komposisi reksadana campuran Panin AM masih akan sama yakni memprioritaskan investasi pada saham. Meskipun ada pula produk yang mayoritas diisi obligasi.

Kalau untuk obligasi lebih memilih durasi yang lebih panjang untuk memanfaatkan potensi penurunan suku bunga yang mungkin terjadi di semester kedua 2023.

Pasalnya, Rudiyanto menuturkan, berbagai tantangan bakal membayangi seperti ancaman resesi global, suku bunga acuan global yang diperkirakan masih tinggi, dan perang Rusia-Ukraina yang semakin bereskalasi.

Baca Juga: Kinerja Portofolio Investasi 2022 Lebih Rendah Dibandingkan Tahun 2021

Tetapi, kenaikan suku bunga acuan global diperkirakan akan semakin terbatas pada semester II - 2023, bahkan diperkirakan terjadi penurunan tingkat suku bunga acuan.

Selain Panin AM, produk reksadana campuran dari Star AM juga tak kalah populer. Salah satu produknya adalah Star Balanced II sukses mencatatkan return sebesar 11,11% di sepanjang tahun 2022.

Chief Investment Officer STAR Asset Management Susanto Chandra mengatakan bahwa pihaknya melakukan strategi aset alokasi secara aktif dalam pengelolaan reksadana campuran.

"Hal itu dilakukan agar dapat memperoleh imbal hasil yang optimal," imbuh Susanto kepada Kontan.co.id, Rabu (4/1).

Saat ini diungkapkan bahwa porsi reksadana campuran lebih banyak ditempatkan pada kelas aset ekuitas berupa saham dikarenakan adanya tren peningkatan suku bunga. Aset ekuitas dipandang cenderung memberikan imbal hasil yang relatif lebih tinggi dalam kondisi suku bunga tinggi.

Susanto menambahkan, Star AM akan terus menyesuaikan strategi aset alokasi secara dinamis dengan mengikuti perkembangan kondisi makro ekonomi dan fundamental instrumen yang dipilih.

Secara garis besar, porsi saham lebih besar dibandingkan dengan porsi obligasi dalam produk reksadana campuran kelolaan Star AM. Namun tidak menutup kemungkinan porsi obligasi berpotensi untuk ditingkatkan jika tren suku bunga sudah mendekati puncaknya.

Adapun, Star AM memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai benchmark atau acuan kinerja, berpotensi menuju level 8.100 pada akhir tahun 2023. Untuk, yield obligasi tenor 10 tahun berpotensi menuju 7.0%.

Sementara, Panin Asset Management memproyeksikan IHSG di tahun 2023 akan berada di kisaran 8.100 - 8.200 dengan proyeksi yield obligasi berada di range 6% - 6.5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari