KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap melambat di September. Namun, analis dan manajer investasi memproyeksikan kinerja reksadana pendapatan akan pulih dalam jangka pendek hingga menengah. Berdasarkan data Infovesta Utama, rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap hingga kuartal III-2020 masih tumbuh 5,23% sejak awal tahun. Secara bulanan pun tumbuh 0,04%. Namun, jika dibandingkan pertumbuhan kinerja reksadana pendapatan tetap di Agustus masih lebih tinggi dengan tumbuh 0,73% secara bulanan. Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengamati, pertumbuhan kinerja reksadana pendapatan tetap melambat karena harga obligasi turun. Penyebabnya, sentimen penerapan PSBB juga berpengaruh pada persepsi investor asing terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.
Ujungnya, minat investor asing terhadap pasar obligasi juga menurun dan kinerja reksadana pendapatan tetap terganggu. Meski begitu, Wawan menilai kinerja reksadana pendapatan tetap saat ini masih sesuai ekspektasi dan berpotensi tetap tumbuh ke 7% di akhir tahun.
Baca Juga: Simak strategi alokasi investasi pada kuartal IV 2020 Bambang Siswaji, Direktur Utama PNM Investment Management juga mengatakan secara umum kinerja reksadana pendapatan tetap masih memiliki prospek cerah. "Kinerja akan pulih dalam jangka pendek hingga menangah," kata Bambang, Sabtu (3/10). Artinya, bila pertumbuhan kinerja reksadana pendapatan tetap masih melambat di akhir tahun ini, maka kinerja akan kembali meningkat di tahun ini. Reksadana pendapatan tetap masih menarik karena fundamental Indonesia berpotensi membaik setelah vaksin Covid-19 ditemukan dan pandemi akan segera mereda. Selain itu, pemerintah saat ini banyak mengucurkan stimulus dan subsidi, sehingga diharapkan pemulihan ekonomi bisa lebih cepat terjadi. Tercatat, reksadana PNM Amanah Syariah berhasil berkinerja lebih tinggi dari rata-rata kinerja reksadana saham dengan tumbuh 1,19% secara bulanan di September. Bambang mengatakan kinerja reksadana tersebut bisa tersokong menguat karena menerapkan strategi durasi yang sesuai dengan momentum pasar.
Baca Juga: Instrumen reksadana bisa jadi pilihan di tengah ketidakpastian pasar investasi Saat ini, reksadana PNM Amanah Syariah fokus mengatur portofolio pada obligasi pemerintah. Alasannya, potensi imbal hasil obligasi pemerintah masih menjanjikan. Di satu sisi, obligasi pemerintah relatif stabil dan memiliki risiko volatilitas yang lebih minim dibanding obligasi korporasi. "Fokus di obligasi pemerintah dengan pertimbangan
spread antara obligasi pemerintah dan obligasi US Treasury masih lebar dan menarik," kata Bambang. Dengan begitu, Bambang berharap ke depan akan terjadi
capital inflow di pasar obligasi pemerintah. "Kami melihat prospek pasar obligasi domestik masih menarik dan menjanjikan saat modal asing kembali masuk ke pasar domestik," kata Bambang.
Namun, ke depan Bambang juga masih terbuka untuk berinvestasi di obligasi korporasi yang memiliki peringkat di atas
investment rating. Tentunya, dengan melihat kondisi ekonomi yang harus lebih baik dan pasar keuangan mulai kembali stabil. Di tengah kondisi volatilitas pasar yang masih tinggi, saat ini Bambang fokus menempatkan portofolio reksadana ini di obligasi bertenor panjang. Namun, jika volatilitas pasar mereda maka tidak menutup kemungkinan portofolio reksadana ini berpindah ke obligasi dengan tenor pendek.
Baca Juga: Masuk kuartal IV-2020, bagaimana sebaiknya mengatur portofolio investasi? Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati