JAKARTA. Tak bisa dipungkiri, makro ekonomi lokal sedang sulit dan memberikan dampak negatif bagi para pelaku industri, tak terkecuali Samsung. Tapi, bisnis harus tetap berjalan, jadi perlu ada strategi tertentu untuk memuluskannya. "Kalau enggak bisa jual,
smartphone premium juga susah penjualannya, makanya memang harus
image premium-nya juga yang ditonjolkan," jelas Lee Kang Hyun, Vice President Samsung Electronic Indonesa kepada KONTAN, (15/9).
Nah, hal ini yang menjadi strategi dalam penjualan
smartphone di tengah kondisi seperti saat ini.
Smartphone premium berarti menyasar segmen menengah ke atas. Segmen ini relatif kebal terhadap perubahan harga
smartphone yang naik terkerek oleh pelemahan rupiah. Beda dengan segmen menengah ke bawah yang lebih elastis permintaannya terhadap perubahan harga. Ada kenaikan harga, maka daya belinya bisa langsung terganggu. Lee menambahkan, penjualan yang langsung menyasar segmen kelas menengah ke atas cukup menjadi trik jitu di tengah kondisi krisis. Tapi, hal ini tidak berhenti sampai disitu saja. Menurut Lee, biasanya ada teknologi baru yang ditawarkan dalam setiap
launching produk baru, apalagi jika produk tersebut merupakan
smartphone premium. Nah, teknologi ini diperkenalkan ke publik melalui segmen menengah ke atas. Pada saat yang bersamaan, para pemain seperti Samsung juga meluncurkan produk untuk segmen menengah kebawah. Bedanya, image premium dari produk ini tidak ditonjolkan. "Dengan cara seperti ini, nanti akan ada
umbrella effect," tandas Lee. Jadi, segmen menengah kebawah ikutan kenal dengan teknologi baru yang dijual. Dengan begitu, mereka jadi memiliki keinginan untuk ikut membeli.
Nah, saat keinginan ini muncul, setidaknya
smartphone yang diinginkan dan sesuai dengan kantong mereka sudah tersedia di pasar. Dia menambahkan, berdasarkan lembaga riset GFK,
smartphone dengan harga di atas US$ 500 sudah bisa dibilang sebagai
smartphone premium. Sayang, dia enggan merinci target penjualan untuk smartphone di segmen tersebut. "Pastinya, kami ambil
market share kira-kira 40%," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto