KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Saranacentral Bajatama Tbk (
BAJA) mencatatkan perbaikan kinerja di kuartal I 2023. Di mana, pendapatan usaha BAJA tumbuh 5,82% secara
year on year (YoY) dan mencatatkan laba bersih dari sebelumnya rugi di kuartal I 2022. Alhasil, di sepanjang tahun ini, manajemen BAJA menargetkan posisi
bottom line akan tetap positif. Melansir laporan keuangan kuartal I 2023, BAJA mencatatkan pendapatan usaha senilai Rp 309,18 miliar dari sebelumnya Rp 292,15 miliar. Di periode Januari-Maret ini, pihaknya turut membukukan kenaikan beban pokok penjualan 5,2% yoy menjadi Rp 311,54 miliar.
Meski demikian, BAJA dapat mengikis rugi kotor dari sebelumnya Rp 3,93 miliar di kuartal I 2022 menjadi Rp 2,36 miliar di kuartal I 2023. Dengan dikurangi beban usaha dan pajak, emiten produsen baja saranalum dan galvanis ini meraih laba bersih sebesar Rp 8,38 miliar dari sebelumnya rugi bersih Rp 11,63 miliar.
Baca Juga: Saranacentral Bajatama (BAJA) Fokus ke Penjualan di Segmen Proyek di Tahun Ini Direktur Utama Saranacentral Bajatama Handaja Soesanto menjelaskan, berakhirnya
lockdown yang berkepanjangan di China sebagai produsen baja terbesar atau setara dengan 60% kapasitas baja dunia, membawa sentimen positif bagi industri baja di kuartal pertama 2023. “Hal ini mengonfirmasi permintaan di negara tersebut yang merupakan motor penggerak konsumsi baja dunia,” kata Handaja kepada Kontan.co.id, Jumat (30/6). Meski demikian, di sepanjang tahun ini Handaja melihat pertumbuhan industri baja di China masih belum stabil. Kemudian berlanjutnya perang Rusia-Ukraina membuatnya berhati-hati dan lebih konsentrasi terhadap produk dengan nilai tambah yang baik. Terkait prospek bisnis di 2023 di dalam negeri, BAJA menyampaikan dalam laporan tahunan 2022 bahwa salah satu faktor pendorong yang akan mengerek konsumsi baja domestik adalah berlanjutnya proyek-proyek strategis nasional seperti pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dan peningkatan permintaan dari sektor otomotif. Maka itu, pihaknya akan mempertajam strategi bisnis dengan fokus pada segmen proyek dan pasar dalam negeri, sementara ketika pasar global belum kondusif.
Baca Juga: Begini Strategi Saranacentral Bajatama (BAJA) Antisipasi Konflik Rusia-Ukraina Namun, Handaja mengakui pasar dalam negeri juga punya tantangan tersendiri. Dia menyoroti masifnya peredaran produk impor baja di bawah Standar Nasional Indonesia (SNI). Sementara itu, produsen dalam negeri mempunyai kewajiban untuk menjaga dan memastikan mutu produk sesuai dengan SNI. “Industri dalam negeri identik dengan penyerapan lapangan kerja dan bobot konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi cukup dominan. Apakah negeri ini akan menjadi negara importir?,” ujarnya. Melihat kondisi belum stabilnya pasar, rencana pengalihfungsian produksi baja lapis seng (BjLS) menjadi produk yang margin penjualannya lebih tinggi yakni saranalum (BjLAS) ditunda. Handaja menegaskan, pihaknya berkomitmen untuk investasi tetapi di momen yang tepat.
“Hal ini masih menunggu konfirmasi stabilnya
demand hingga tahun 2024,” ungkap dia. Sampai dengan kuartal I 2023, BAJA mencatatkan pendapatan usaha didominasi dari produk saranalum senilai Rp 286,51 miliar yang tumbuh 1,8% yoy. Kemudian dilanjutkan produk coloring senilai Rp 20,71 miliar, non-produksi Rp 2,05 miliar, dan sisanya galvanis Rp 152,84 juta atau turun signifikan dari sebelumnya Rp 2 miliar di kuartal I 2022. Hingga saat ini Handaja belum bisa membeberkan target-target kinerja di sepanjang 2023. Yang terang, BAJA menargetkan
bottom line (laba) tetap positif. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari