Ini strategi Sri Mulyani & BI jaga pasar rupiah



Jakarta. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menganggap pelemahan rupiah yang terjadi hari ini, bukan karena kondisi kondisi fundamental dalam negeri. Namun, pelemahan rupiah lebih dikarenakan faktor spekulasi oleh pelaku pasar.

Salah satu, alasan yang dijadikan spekulasi itu antara lain terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS). "Ada faktor luar negeri yang memengaruhi psikologi, katakanlah ada rumor perubahan kebijakan di AS," ujar Seri Mulyani, Jumat (11/11) di Jakarta.

Sebab, jika dilihat dari sisi fundamental kondisi Indonesia dianggap masih cukup baik. Dengan begitu, bisa dikatakan nilai tukar rupiah hari ini sudah overshoot.


Sebagai catatan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah berada di level Rp 11.350 per Dollar AS. Padahal sehari sebelumnya, nilai tukar rupiah masih ada di level Rp 13.118 per Dollar AS.

Oleh karena itu, Ia mengatakan pemerintah akan menjaga keyakinan pasar atas kondisi fundamental ekonomi Indonesia. Terkait itu, Sri Mulyani mengatakan akan mencari tahu pihak-pihak mana saja yang telah melakukan spekulasi ini.

Sri Mulyani sudah menyiapkan sejumlah kebijakan untuk memitigasi agar pelemahan rupiah tidak berkelanjutan. Sehingga nantinya pelemahan rupiah tidak akan memengaruhi kondisi fiskal dalam negeri.

Sementara itu Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara mengatakan, rumor mengenai perubahan kebijakan di AS memang sudah mulai ramai sejak Trump terpilih pada 8 November lalu. Hal itu berimbas pada mata uang rupiah.

Oleh karenanya, BI menyatakan akan berada di pasar untuk menjaga kepercayaan pelaku apsar. Bahkan, menurut Mirza BI sudah ada di dua pasar sekaligus, yaitu pasar valuta asing (valas) dan pasar obligasi. "Kita sudah menyatakan ready to buy" katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto