Ini strategi yang disiapkan BNI Syariah agar bisa naik BUKU III tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Guna memiliki layanan perbankan yang lebih lengkap, PT Bank BNI Syariah pastikan dapat naik kelas ke bank umum kelompok usaha (BUKU) III tahun ini. Oleh sebab itu, BNI Syariah harus memiliki modal inti antara Rp 5 triliun hingga Rp 30 triliun untuk bisa naik kelas.

Direktur Bisnis SME dan Komersial BNI Syariah Dhias Widhyati bilang saat ini anak usaha dari PT Bank Negara Indonesia Tbk ini memiliki modal inti Rp 4,2 triliun. Agar genap bermodal inti Rp 5 triliun, Dhias bilang terdapat beberapa langkah strategi.

"Bentuknya banyak bisa strategic partner, Initial Public Offering (IPO), atau capital injection dari pemegang saham. Paling mendekat adalah capital injection. Tapi kami berjuang untuk sampai akhir tahun ini jadi Bank BUKU III," kata Dhias Di Jakarta pada Kamis (14/2).


Kendati demikian, BNI Syariah juga bisa memenuhi modal inti dari pencapaian laba tahun ini. Dhias bilang pemegang saham pengendali menargetkan agar BNI Syariah dapat membukukan laba bersih Rp 868 miliar sepanjang 2019.

Namun dalam rencana bisnis bank (RBB) BNI Syariah menargetkan dapat mencapai laba bersih Rp 550 miliar.

Asal tahu saja, Bank BNI Syariah mencatatkan laba bersih Rp 416,08 miliar. Nilai ini naik 35,67% secara year on year (yoy) dibandingkan 2017 sebesar Rp 307 miliar. 

Sebelumnya, manajemen menargetkan pertumbuhan aset  15%-9% yoy. adapun target pertumbuhan pembiayaan dan DPK masing-masing sekitar 16% yoy. Sedangkan target rasio pembiayaan bermasalah atau NPF di bawah 2,75%.

Guna mencapai target tersebut Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo menyebut mencanangkan strategi quality growth atau tumbuh secara berkualitas baik kapabilitas organisasi maupun pembiayaan.

Langkah ini guna menghadapi sejumlah tren yang berkembang saat ini termasuk perang dagang dan mata uang antara Amerika Serikat dan China. Juga tren kenaikan suku bunga dan pemilu.

"Secara umum, pada 2019 BNI Syariah akan meningkatkan ekspansi pembiayaan kepada sektor komersial secara selektif kepada nasabah yang memiliki tingkat risiko rendah seperti BUMN. Namun, secara bankwide kami akan meningkatkan porsi pembiayaan pada segmen ritel (small and medium) dan sedikit menurunkan porsi segmen komersial," jelas Dhias.

Lanjut Dhias, pihaknya menargetkan segmen komersial tumbuh di kisaran 20%. Dengan penyaluran yang dilakukan secara prudent, ia meyakini bahwa NPF segmen ini bisa terjaga di bawah 2%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi