KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pada Senin (16/10), pemerintah Korea Utara (Korut) mengatakan kepada Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bahwa mereka tidak akan mau merundingkan perlucutan senjata kecuali Amerika Serikat mencabut kebijakan mereka yang memusuhi Korut. Di hadapan komite Majelis Umum PBB, Wakil Duta Besar PBB Kim In Ryong mengatakan situasi di Semenanjung Korea mencapai titik ketidakpastian dan perang nuklir dapat terjadi kapan saja. "Kecuali jika kebijakan bermusuhan dan ancaman nuklir AS benar-benar ditiadakan sepenuhnya, kami tidak akan pernah menegosiasikan mengenai permasalahan senjata nuklir dan roket balistik dalam situasi apa pun," katanya.
Kim mengklaim, negaranya sudah berada dalam tahap akhir menuju kekuatan nuklir penuh dengan kesiapan perlengkapan untuk serangan nuklir. Dia juga bilang, seluruh dataran AS berada dalam jangkauan tembak serangan nuklir Korut. "Kalau AS berani menyerbu wilayah suci kami, bahkan satu inchi saja, mereka tidak akan bisa lari dari hukuman berat kami di bagian dunia mana pun," jelas Kim. Kendati demikian, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson pada Minggu (15/10) mengatakan, Presiden Donald Trump telah menginstruksikan dirinya untuk terus melakukan upaya diplomasi untuk meredakan ketegangan dengan Korea Utara. "Upaya diplomasi itu akan terus berlangsung hingga bom pertama dijatuhkan," jelasnya. Berbicara di CNN dengan tajuk "State of the Union", Tillerson mengabaikan pesan Trump sebelumnya di Twitter yang mengatakan bahwa Tillerson sudah membuang waktunya bersusah-susah dalam bernegosiasi dengan
"Little Rocket Man", nama julukan yang diberikan Trump untuk Pimpinan Korea Utara Kom Jong Un. "Trump telah menegaskan kepada saya untuk terus melakukan upaya diplomasi," kata Tillerson. Pernyataan Tillerson tersebut diutarakan di tengah memuncaknya ketegangan antara AS dan Korut menyusul serangkaian ujicoba senjata nuklir oleh Pyongyang dan perang kata-kata antar pimpinan kedua negara. Seperti yang diketahui, Korut sudah melakukan sejumlah ujicoba nuklir dalam beberapa pekan terakhir dan sempat meluncurkan dua rudal melewati Jepang.
Tillerson sendiri sudah melakukan perundingan dengan China untuk membantu menangani Korut. Namun, pesan Twitter Trump beberapa waktu terakhir sepertinya membuat upaya Tillerson menjadi sia-sia. Bahkan Ketua Senat Komite Hubungan Luar Negeri Bob Corker mengeluhkan bahwa aksi Trump secara terbuka menjegal upaya Tillerson dan mencederai pembicaraan diplomatik. Tillerson mengabaikan tweet tersebut pada hari Minggu, dengan mengatakan kepada
CNN bahwa Trump dan Presiden China Xi Jinping memiliki hubungan yang sangat dekat dan China sangat memahami posisi AS. "Yakinlah bahwa orang China tidak bingung tentang kebijakan Amerika terhadap Korea Utara," tambahnya.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie