Ini Tanggapan Adaro Energy (ADRO) Terkait Perubahan Royalti Batubara



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo menyetujui penetapan kenaikan tarif royalti batubara bagi perusahaan pemegang izin usaha pertambangan (IUP). Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2022 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Tarif royalti yang ditetapkan pemerintah dalam aturan baru tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan regulasi sebelumnya. Pada aturan sebelumnya tarif royalti maksimal 7%, sementara pada aturan baru naik menjadi 13,5%.

Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) Febriati Nadira mengatakan, sebagai sebagai perusahaan nasional, ADRO senantiasa patuh dan mentaati peraturan yang ditetapkan. Nadira menyebut, ADRO akan terus fokus menjaga kinerja operasi agar dapat meningkatkan efisiensi, sehingga  dapat menjaga kontinuitas operasional dan terus memberikan kontribusi ke negara secara  optimal sesuai ketentuan dan peraturan.


Baca Juga: Tarif Royalti Batubara Naik, Emiten Mana yang Terdampak?

“Kami berharap pemerintah memberikan keputusan yang terbaik terkait peraturan yang ditetapkan dan mendukung iklim investasi di sektor pertambangan, agar sektor ini dapat terus berkontribusi bagi penerimaan negara dan kemajuan Indonesia serta menjaga ketahanan energi nasional,” terang Nadira.

Adapun mayoritas produksi batubara Adaro adalah batubara kalori sedang. Sebagai gambaran, emiten anggota Indeks Kompas100 ini melaporkan kenaikan kinerja produksi dan penjualan batubara sepanjang periode enam bulan pertama 2022.

ADRO memproduksi 28,01 juta ton batubara pada semester pertama 2022. Jumlah ini naik 6% dari volume produksi pada periode yang sama tahun 2021 yakni 26,49 juta ton. Pada kuartal kedua sendiri, produksi batubara ADRO naik 17% menjadi 15,9 juta ton dari sebelumnya 13,64 juta ton pada kuartal pertama 2021.

Baca Juga: ADRO dan AMRT Masuk Indeks FTSE Large Cap, Simak Rekomendasi Sahamnya

Saat ini, ADRO masih mempertahankan target produksi pada kisaran 58 juta ton sampai 60 juta ton batubara untuk 2022. ADRO menyebut permintaan untuk produk-produk batubara termal maupun metalurgi ADRO tetap tinggi. Hal ini tercermin dari penjualan batubara ADRO yang naik 7% menjadi 27,49 juta ton pada enam bulan pertama 2022, dari sebelumnya 25,78 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.

Secara geografis, Indonesia merupakan tujuan penjualan utama ADRO. Pada semester pertama 2022, penjualan ke Indonesia meliputi 23% dari total penjualan batubara perusahaan. Walaupun dari kuartal ke kuartal penjualan batubara ke pasar domestik dapat berfluktuasi, dengan adanya kontrak berbasis volume tahunannya, ADRO tetap menargetkan untuk menyumbangkan 25-27% penjualan ke pasar domestik.

Penjualan ke India naik menjadi 15%, sejalan dengan kenaikan permintaannya terhadap produk batubara termal dan metalurgi. Wilayah yang menjadi tujuan penjualan ADRO lainnya yakni wilayah Asia Timur Laut sebesar 27%, Asia Tenggara sebesar 23%,China sebesar 10%, dan penjualan ke Eropa sebesar 1% dari total penjualan batubara ADRO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati