JAKARTA. Hari ini, (23/8), pasar sedang menanti-nanti ucapan resmi daei Presiden SBY terkait paket kebijakan yang bakal diambil guna merespon sinyal-sinyal pelemahan ekonomi. Meski hanya sebagai fasilitator pasar, Bursa Efek Indonesia melalui Hoesen, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, menyambut positif kebijakan tersebut.Namun, Hoesen mengakui jika kebijakan yang sedang dinanti itu baru akan dirasakan dampaknya untuk jangka panjang. "Tapi, dalam dunia keuangan, kan, ada nilai saat ini (present value) dan nilai masa depan (future value)," imbuhnya.Hoesen mencontohkan, ada seseorang yang membuka perusahaan sawit. Dia menanami lahannya dengan sawit dan ditargetkan bisa mulai berproduksi empat tahun ke depan. Tapi, semua orang tahu jika jangka empat tahun itu bukan waktu yang tepat untuk produksi karena kuantitas produksinya belum begitu besar.Tapi, tetap ada orang yang mau membeli saham perusahaan tersebut. "Makanya kalau IPO ada istilah PBV. Kenapa ada yang mau beli meski PBV dua kali, ya karena investor lihat masa depan," tukas Hoesen.Jadi, lanjut Hoesen, kebijakan yang diambil pemerintah nanti bisa menentukan bisnis dalam suatu pasar bisa dilanjutkan atau tidak. Intinya, kebijakan itu bisa membuat prospek perusahaan menjadi lebih baik. Dengan kebijakan itu, pelaku pasar menjadi berpikir jika pemerintah itu memikirkan dan memiliki cara untuk membenahi pasar yang sedang bergejolak.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini tanggapan BEI terkait paket kebijakan SBY
JAKARTA. Hari ini, (23/8), pasar sedang menanti-nanti ucapan resmi daei Presiden SBY terkait paket kebijakan yang bakal diambil guna merespon sinyal-sinyal pelemahan ekonomi. Meski hanya sebagai fasilitator pasar, Bursa Efek Indonesia melalui Hoesen, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, menyambut positif kebijakan tersebut.Namun, Hoesen mengakui jika kebijakan yang sedang dinanti itu baru akan dirasakan dampaknya untuk jangka panjang. "Tapi, dalam dunia keuangan, kan, ada nilai saat ini (present value) dan nilai masa depan (future value)," imbuhnya.Hoesen mencontohkan, ada seseorang yang membuka perusahaan sawit. Dia menanami lahannya dengan sawit dan ditargetkan bisa mulai berproduksi empat tahun ke depan. Tapi, semua orang tahu jika jangka empat tahun itu bukan waktu yang tepat untuk produksi karena kuantitas produksinya belum begitu besar.Tapi, tetap ada orang yang mau membeli saham perusahaan tersebut. "Makanya kalau IPO ada istilah PBV. Kenapa ada yang mau beli meski PBV dua kali, ya karena investor lihat masa depan," tukas Hoesen.Jadi, lanjut Hoesen, kebijakan yang diambil pemerintah nanti bisa menentukan bisnis dalam suatu pasar bisa dilanjutkan atau tidak. Intinya, kebijakan itu bisa membuat prospek perusahaan menjadi lebih baik. Dengan kebijakan itu, pelaku pasar menjadi berpikir jika pemerintah itu memikirkan dan memiliki cara untuk membenahi pasar yang sedang bergejolak.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News