Ini tantangan IHSG di semester II-2018



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di semester I-2018 memperlihatkan volatilitas yang cukup tinggi. Sempat berada di level tertingginya di angka 6.689, indeks saham akhirnya terpuruk cukup dalam hingga menjebol level 5.733.

Muhammad Nafan Aji, Analis Binaartha Parama Sekuritas menilai di semester I, beberapa sentimen negatif membayangi pergerakan IHSG dengan semakin turunnya daya beli masyarakat. Selain itu, beberapa kebijakan pemerintah yang cenderung populis, seperti kebijakan untuk tidak menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi pemberat tersendiri bagi indeks saham.

Sentimen tak cuma datang dari dalam negeri, namun juga hadir dari luar negeri dengan adanya keputusan The Federal Reserve untuk menaikkan tingkat suku bunga hingga dua kali dan akan menaikkan lagi dua kali lagi pada semester kedua. Selain itu ada sentimen perang dagang.


Menurut Nafan, sentimen-sentimen ini akan masih membayangi IHSG dengan keputusan terkait dengan Rapat Dewan Gubernur BI yang kemungkinan akan memutuskan menaikkan suku bunga dan suku bunga The Fed yang diperkirakan masih akan naik.

"Dengan kenaikan The Fed, ekonomi Amerika Serikat mulai mengalami pertumbuhan dengan adanya capital inflow, sementara di negara emerging market mengalami capital outflow," kata Nafan kepada Kontan.co.id, Minggu (24/6). Namun menurut Nafan, langkah BI untuk menghindari capital outflow sudah mulai terkonsolidasi.

Beberapa sentimen positif juga kemungkinan akan mempengaruhi pasar dengan adanya ASEAN Games dan Pemilukada. Sentimen positif dalam negeri juga datang lewat rencana Bank Indonesia untuk melakukan relaksasi terhadap Loan to Value (LTV)

Namun tensi perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan Kanada, China serta Korea Utara masih perlu dicermati. Nafan menilai, jika Indeks tidak jebol di angka 5.700, peluang rebound IHSG masih cukup besar. Ia memperkirakan secara teknikal indeks akan bergerak di level support 5.490 untuk level resistance 6.690.

Beberapa pergerakan saham perlu dicermati di semester kedua seperti saham-saham perbankan yang sudah turun cukup dalam di semester I-2018. Nafan menyarankan untuk mencermati saham-saham bank seperti BBRI, BMRI dan BBNI.

Selain itu, saham-saham konstruksi menurutnya layak diperhatikan seperti WSKT dan WIKA lantaran dengan semakin dekatnya pemilu, biasanya proyek-proyek infrastruktur dikebut dan hal ini menjadi sentimen yang cukup positif bagi kedua perusahaan konstruksi pelat merah tersebut.

Seiring dengan adanya rencana pelonggaran LTV, Nafan juga mengatakan bahwa sebaiknya invertor mulai mempertimbangkan untuk membeli saham-saham properti seperti ASRI dan BSDE.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat