JAKARTA. PT Samuel Sekuritas melihat adanya kondisi ekonomi yang masih rentan di tahun ini. Itu dikarenakan adanya langkah-langkah stimulus baik dalam bentuk ekspansi fiskal maupun moneter yang justru menimbulkan risiko over-leverage dan liquidity trap.Selain itu, pemulihan ekonomi dunia di tahun ini diperkirakan belum cukup untuk membawa harga komoditas menguat seiring masih adanya kondisi oversupply khususnya pada pasar komoditas batubara dan metal. Demikian hasil ulasan Equity Analyst Samuel Sekuritas, Adrianus Bias yang diungkapkan di sela peluncuran Samuel Trading Active Realtime (STAR) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Sabtu (19/1).Dengan pertimbangan itu dan pendekatan bottom-up, Bias menetapkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada di level 4.850 di tahun ini, dengan pertumbuhan earning per share (EPS) 10,6%. Menurut Bias, pertumbuhan EPS itu lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan dalam 5 tahun, seiring perlambatan pertumbuhan EPS beberapa emiten di sektor pertambangan, minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), dan otomotif."IHSG akan didukung potensi penguatan capital inflow ke pasar modal Indonesia dan ditopang kekuatan ekonomi domestik, serta tingginya arus foreign direct investment (FDI) dan profil fiskal yang jauh lebih sehat," kata Bias.Namun dia merekomendasikan overweight pada beberapa sektor-sektor dengan eksposur domestik lebih tinggi yang relatif defensif seperti sektor perbankan, konsumer (terutama rokok), properti, semen, utilitas, dan konstruksi. Bias juga merekomendasikan netral untuk sektor yang berorientasi ekspor seperti pertambangan, CPO, kontraktor pertambangan, dan alat berat.Untuk itu, Bias merekomendasikan beberapa saham pilihan tahun ini seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).Saham BMRI ditargetkan bisa menyentuh level Rp 10.500 per saham, saham BBTN ditargetkan Rp 1.850 per saham, saham GGRM ditargetkan Rp 68.500 per saham, BSDE ditargetkan Rp 1.800 per saham, SMGR ditargetkan Rp 17.500 per saham, JSMR bisa mencapai Rp 6.850 per saham, dan WIKA ditargetkan bisa menyentuh level Rp 1.760 per saham.Di saat bersamaan, Senior Technical Analyst Samuel Sekuritas, M. Alfatih secara teknikal menargetkan kisaran IHSG tahun ini paling optimis bisa mencapai 5.300, dengan target moderate 4.800, dan target pesimis 4.500. "Melihat indikator yang ada, IHSG akan mengalami koreksi sebelum melanjutkan tren naik. Support kuat batas maksimum koreksi dalam tren naik adalah 4.000, penurunan di bawah level itu akan menjadi indikasi untuk melakukan review ulang atas analisa IHSG," tutur Alfatih.Alfatih pun melihat sektor-sektor keuangan, industri dasar, dan perdagangan menjadi sektor paling prospektif tahun ini. Sementara, lanjut dia, sektor infrastruktur, aneka industri, dan properti masih menarik, namun dengan potensial yang lebih terbatas."Yang masih ketinggal dan menunggu momentum tentunya sektor perkebunan dan pertambangan," tambah Alfatih.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini target IHSG dan pilihan saham Samuel Sekuritas
JAKARTA. PT Samuel Sekuritas melihat adanya kondisi ekonomi yang masih rentan di tahun ini. Itu dikarenakan adanya langkah-langkah stimulus baik dalam bentuk ekspansi fiskal maupun moneter yang justru menimbulkan risiko over-leverage dan liquidity trap.Selain itu, pemulihan ekonomi dunia di tahun ini diperkirakan belum cukup untuk membawa harga komoditas menguat seiring masih adanya kondisi oversupply khususnya pada pasar komoditas batubara dan metal. Demikian hasil ulasan Equity Analyst Samuel Sekuritas, Adrianus Bias yang diungkapkan di sela peluncuran Samuel Trading Active Realtime (STAR) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Sabtu (19/1).Dengan pertimbangan itu dan pendekatan bottom-up, Bias menetapkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada di level 4.850 di tahun ini, dengan pertumbuhan earning per share (EPS) 10,6%. Menurut Bias, pertumbuhan EPS itu lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan dalam 5 tahun, seiring perlambatan pertumbuhan EPS beberapa emiten di sektor pertambangan, minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), dan otomotif."IHSG akan didukung potensi penguatan capital inflow ke pasar modal Indonesia dan ditopang kekuatan ekonomi domestik, serta tingginya arus foreign direct investment (FDI) dan profil fiskal yang jauh lebih sehat," kata Bias.Namun dia merekomendasikan overweight pada beberapa sektor-sektor dengan eksposur domestik lebih tinggi yang relatif defensif seperti sektor perbankan, konsumer (terutama rokok), properti, semen, utilitas, dan konstruksi. Bias juga merekomendasikan netral untuk sektor yang berorientasi ekspor seperti pertambangan, CPO, kontraktor pertambangan, dan alat berat.Untuk itu, Bias merekomendasikan beberapa saham pilihan tahun ini seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).Saham BMRI ditargetkan bisa menyentuh level Rp 10.500 per saham, saham BBTN ditargetkan Rp 1.850 per saham, saham GGRM ditargetkan Rp 68.500 per saham, BSDE ditargetkan Rp 1.800 per saham, SMGR ditargetkan Rp 17.500 per saham, JSMR bisa mencapai Rp 6.850 per saham, dan WIKA ditargetkan bisa menyentuh level Rp 1.760 per saham.Di saat bersamaan, Senior Technical Analyst Samuel Sekuritas, M. Alfatih secara teknikal menargetkan kisaran IHSG tahun ini paling optimis bisa mencapai 5.300, dengan target moderate 4.800, dan target pesimis 4.500. "Melihat indikator yang ada, IHSG akan mengalami koreksi sebelum melanjutkan tren naik. Support kuat batas maksimum koreksi dalam tren naik adalah 4.000, penurunan di bawah level itu akan menjadi indikasi untuk melakukan review ulang atas analisa IHSG," tutur Alfatih.Alfatih pun melihat sektor-sektor keuangan, industri dasar, dan perdagangan menjadi sektor paling prospektif tahun ini. Sementara, lanjut dia, sektor infrastruktur, aneka industri, dan properti masih menarik, namun dengan potensial yang lebih terbatas."Yang masih ketinggal dan menunggu momentum tentunya sektor perkebunan dan pertambangan," tambah Alfatih.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News