KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat direksi dan dewan komisaris Adaro Energy pada 19 Desember telah memutuskan dan menyetui untuk membagikan dividen interim tahun buku 2019 yang berasal dari laba bersih Adaro periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2019. Tidak tanggung-tanggung, nilai dividen yang akan dibagikan mencapai US$ 150,01 juta atau setara dengan Rp 2,1 triliun (dengan kurs US$ 1 = Rp 14.000). Berikut tiga fakta mengenai Adaro:
Laba bersih ADRO hingga September 2019 melesat 29,83% secara tahunan ketimbang sebelumnya US$ 312,71 juta. Lonjakan laba ini terjadi di tengah penurunan pendapatan. Adaro Energy mengantongi pendapatan usaha US$ 2,65 miliar hingga September 2019, turun tipis 0,48% secara tahunan.
Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) menebar dividen interim total US$ 150 juta, ini jadwalnya Kenaikan laba terutama berasal dari bagian atas keuntungan bersih ventura bersama sebesar US$ 66,86 juta. Pada sembilan bulan pertama tahun lalu, ADRO justru mencatat rugi bersih ventura bersama US$ 65,77 juta.
Anggota indeks Kompas100 ini masih akan fokus menggenjot produksi batubara berkalori sedang dalam beberapa waktu mendatang. Sekadar catatan, emiten ini sudah memproduksi 44,13 juta ton batubara hingga kuartal tiga lalu.
Sedangkan hingga tutup tahun nanti, ADRO memproyeksikan sanggup produksi batubara sebanyak 54 juta sampai 56 juta ton.
Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) berupaya konsisten produksi batubara kalori sedang Head of Corporate Communication ADRO Febriati Nadira mengatakan, sebagian batubara yang diproduksi perusahaan di tahun ini merupakan batubara termal berkalori sedang dengan kadar 4.000--5.000 kcal/kg yang dibutuhkan untuk pembangkit listrik. Batubara ini dihasilkan melalui tambang anak usaha yakni PT Adaro Indonesia dan Balangan Coal Companies. "Dari total produksi di kuartal tiga, kami juga memproduksi batubara kokas semi lunak dari Adaro Metcoal Companies sebesar 0,93 juta ton," sambung Febriati, Senin (23/12).
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie