JAKARTA. Dari 118 juta angkatan kerja di Indonesia pada 2014, 66 juta bekerja di sektor informal. Presiden Boston Institute for Developing Economies, Gustav Papanek menilai, dalam kurun waktu 5 tahun mendatang, Indonesia harus menciptakan 3 juta lapangan kerja per tahun agar berkontribusi pada peningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 10%. Dengan mencapai double digit growth per tahun, Indonesia akan meraih pendapatan berlipat ganda dalam 7 tahun. "Pertumbuhan tersebut akan memindahkan 10 juta keluarga miskin ke kelas menengah," ujar Gustav di seminar publik Center of Reform on Economics bertema "Can Indonesia Create 3 Million Good Jobs Every Year?" Di Hotel JS Luwansa, Jakarta, (19/3). Gustav menyebutkan, setidaknya ada 3 hal penting yang menjadi pekerjaan rumah (PR) Indonesia dalam menciptakan lapangan kerja yang berujung pada pertumbuhan ekonomi yang baik. Pertama, belanja infrastruktur harus ditingkatkan hingga 5%. Pembangunan infrastruktur yang mumpuni akan membantu penciptaan lapangan kerja, terutama di daerah satelit ibukota dan pedesaan. Selain itu, infrastruktur juga harus diprioritaskan pada wilayah padat kerja dan produksi industri yang berakibat langsung pada ekspor. Pemerintah juga harus melibatkan swasta dengan insentif pendukung. Kedua, subsidi bahan bakar minyak (BBM) juga harus dikurangi, terutama bagi angkutan komersial skala besar seperti kapal laut. Konversi ke gas akan mengurangi biaya transportasi sekaligus menutup kemungkinan penyelundupan BBM ke luar negeri. Subsidi kemudian dapat dialihkan untuk pembangunan daerah tertinggal. Juga, subsidi dapat dialokasikan untuk pelatihan tenaga kerja agar menjadi 'skilled workers'. Ketiga, nilai tukar rupiah jangan didorong terus menguat. Seharusnya, di tengah kondisi Indonesia yang mengalami penurunan ekspor, Bank Indonesia tak menggenjot penguatan rupiah. Sebab, hal tersebut akan mengurangi daya kompetisi Indonesia karena komoditas ekspor menjadi semakin mahal.
Ini tiga PR Indonesia ciptakan lapangan kerja
JAKARTA. Dari 118 juta angkatan kerja di Indonesia pada 2014, 66 juta bekerja di sektor informal. Presiden Boston Institute for Developing Economies, Gustav Papanek menilai, dalam kurun waktu 5 tahun mendatang, Indonesia harus menciptakan 3 juta lapangan kerja per tahun agar berkontribusi pada peningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 10%. Dengan mencapai double digit growth per tahun, Indonesia akan meraih pendapatan berlipat ganda dalam 7 tahun. "Pertumbuhan tersebut akan memindahkan 10 juta keluarga miskin ke kelas menengah," ujar Gustav di seminar publik Center of Reform on Economics bertema "Can Indonesia Create 3 Million Good Jobs Every Year?" Di Hotel JS Luwansa, Jakarta, (19/3). Gustav menyebutkan, setidaknya ada 3 hal penting yang menjadi pekerjaan rumah (PR) Indonesia dalam menciptakan lapangan kerja yang berujung pada pertumbuhan ekonomi yang baik. Pertama, belanja infrastruktur harus ditingkatkan hingga 5%. Pembangunan infrastruktur yang mumpuni akan membantu penciptaan lapangan kerja, terutama di daerah satelit ibukota dan pedesaan. Selain itu, infrastruktur juga harus diprioritaskan pada wilayah padat kerja dan produksi industri yang berakibat langsung pada ekspor. Pemerintah juga harus melibatkan swasta dengan insentif pendukung. Kedua, subsidi bahan bakar minyak (BBM) juga harus dikurangi, terutama bagi angkutan komersial skala besar seperti kapal laut. Konversi ke gas akan mengurangi biaya transportasi sekaligus menutup kemungkinan penyelundupan BBM ke luar negeri. Subsidi kemudian dapat dialihkan untuk pembangunan daerah tertinggal. Juga, subsidi dapat dialokasikan untuk pelatihan tenaga kerja agar menjadi 'skilled workers'. Ketiga, nilai tukar rupiah jangan didorong terus menguat. Seharusnya, di tengah kondisi Indonesia yang mengalami penurunan ekspor, Bank Indonesia tak menggenjot penguatan rupiah. Sebab, hal tersebut akan mengurangi daya kompetisi Indonesia karena komoditas ekspor menjadi semakin mahal.