Ini tiga rekomendasi Core Indonesia untuk pembiayaan defisit anggaran



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memutuskan untuk menambah stimulus dalam menanggulangi dampak negatif dari penyebaran wabah virus Corona (Covid-19). Sebagai konsekuensinya, tambahan stimulus ini berdampak pada pembengkakan defisit anggaran pemerintah.

"Sayangnya, tambahan belanja ini diproyeksikan tidak bisa diimbangi oleh kenaikan penerimaan negara pada akhir tahun nanti. Pertumbuhan penerimaan negara akan jauh menurun dibandingkan tahun lalu," ujar Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah Redjalam melalui keterangan tertulis, Kamis (9/4).

Penurunan penerimaan negara ini, akan disebabkan oleh dua faktor utama. Dari luar negeri, harga sejumlah komoditas mengalami penurunan imbas dari melambatnya permintaan global, termasuk harga minyak mentah yang anjlok di bawah US$25.


Baca Juga: Core Indonesia: Ada empat risiko pelebaran defisit APBN dan pembiayaannya

Selain karena melemahnya permintaan global, ini juga dipicu oleh gagalnya kesepakatan negara-negara produsen khususnya Arab Saudi dan Rusia untuk memangkas produksi minyak.

Lalu, dari dalam negeri, terjadi pelemahan permintaan domestik yang berdampak pada melambatnya aktivitas pada sektor-sektor penyumbang penerimaan negara.

"Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia yang sudah menunjukkan kontraksi sejak pertengahan tahun lalu, pada Maret 2020 bahkan anjlok lebih dalam hingga ke level 45. Melambatnya sektor manufaktur akan berdampak pada penerimaan perpajakan, karena sektor ini menyumbang sekitar 30% dari total penerimaan pajak," paparnya.

Kombinasi kedua faktor ini kemudian diprediksikan akan menekan penerimaan negara sampai dengan akhir tahun nanti. Secara khusus, Core memprediksi penerimaan perpajakan dalam arti luas akan berada di kisaran Rp 1.452 triliun - Rp 1.514 triliun.

Editor: Herlina Kartika Dewi