JAKARTA. Menteri ESDM Sudirman Said berharap PT Pertamina dan BPH Migas melakukan distribusi tertutup untuk mengatasi migrasi pengguna elpiji 12 kilogram (kg) ke 3 kg, lantaran disparitas harga yang tinggi. "Saya berharap Pertamina dan BPH Migas bisa mulai memikirkan distribusi tertutup jika disparitas harga semakin lebar, karena ini kesempatan untuk mengalihkan konsumsi," kata Sudirman dalam jumpa pers di Kementerian ESDM Jakarta, Senin (19/1). Menurut dia, migrasi dari elpiji 12 kg ke 3 kg memang tidak bisa dihindari. Pasalnya, banyak pihak yang mengambil kesempatan beralih menggunakan elpiji subsidi 3 kg daripada elpiji 12 kg, karena perbandingan harga yang cukup jauh. "Kami sudah meminta agar Pertamina jamin pasokan 3 kg. Tapi migrasi (penggunaan 12 kg ke 3 kg) tidak bisa dihindari. Di awal-awal pasti banyak yang ambil kesempatan beralih menggunakan 3 kg. Makanya di belakangnya harus ada penertiban," ujarnya. Pemerintah sebelumnya mengumumkan kenaikan harga elpiji kemasan 12 kg pada awal Januari sehingga harga jualnya menjadi Rp 134.700 per tabung. Namun, pada pertengahan Januari, pemerintah menurunkan harganya menjadi Rp 129.000 per tabung. Kendati turun harga, banyak konsumen menilai disparitas harga antara kemasan 12 kg dan 3 kg masih terlampau jauh. Di sisi lain, distribusi tertutup menjadi salah satu pilihan penyaluran elpiji bersubsidi, dalam hal ini kemasan 3 kg, untuk kalangan tertentu saja. Kalangan itu di antaranya adalah rumah tangga atau usaha mikro dan harus terdaftar menggunakan kartu kendali. Program percontohan distribusi tertutup elpiji kemasan 3 kg sebelumnya pernah dilakukan pada 2013. Namun, program tersebut kemudian terpaksa harus dihentikan karena dasar hukum yang lemah. Mulanya program itu digelar lantaran volume penggunaan elpiji 3 kg menunjukkan peningkatan signifikan, bahkan hampir kelebihan kuota. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini upaya Menteri ESDM atasi migrasi elpiji 12 kg
JAKARTA. Menteri ESDM Sudirman Said berharap PT Pertamina dan BPH Migas melakukan distribusi tertutup untuk mengatasi migrasi pengguna elpiji 12 kilogram (kg) ke 3 kg, lantaran disparitas harga yang tinggi. "Saya berharap Pertamina dan BPH Migas bisa mulai memikirkan distribusi tertutup jika disparitas harga semakin lebar, karena ini kesempatan untuk mengalihkan konsumsi," kata Sudirman dalam jumpa pers di Kementerian ESDM Jakarta, Senin (19/1). Menurut dia, migrasi dari elpiji 12 kg ke 3 kg memang tidak bisa dihindari. Pasalnya, banyak pihak yang mengambil kesempatan beralih menggunakan elpiji subsidi 3 kg daripada elpiji 12 kg, karena perbandingan harga yang cukup jauh. "Kami sudah meminta agar Pertamina jamin pasokan 3 kg. Tapi migrasi (penggunaan 12 kg ke 3 kg) tidak bisa dihindari. Di awal-awal pasti banyak yang ambil kesempatan beralih menggunakan 3 kg. Makanya di belakangnya harus ada penertiban," ujarnya. Pemerintah sebelumnya mengumumkan kenaikan harga elpiji kemasan 12 kg pada awal Januari sehingga harga jualnya menjadi Rp 134.700 per tabung. Namun, pada pertengahan Januari, pemerintah menurunkan harganya menjadi Rp 129.000 per tabung. Kendati turun harga, banyak konsumen menilai disparitas harga antara kemasan 12 kg dan 3 kg masih terlampau jauh. Di sisi lain, distribusi tertutup menjadi salah satu pilihan penyaluran elpiji bersubsidi, dalam hal ini kemasan 3 kg, untuk kalangan tertentu saja. Kalangan itu di antaranya adalah rumah tangga atau usaha mikro dan harus terdaftar menggunakan kartu kendali. Program percontohan distribusi tertutup elpiji kemasan 3 kg sebelumnya pernah dilakukan pada 2013. Namun, program tersebut kemudian terpaksa harus dihentikan karena dasar hukum yang lemah. Mulanya program itu digelar lantaran volume penggunaan elpiji 3 kg menunjukkan peningkatan signifikan, bahkan hampir kelebihan kuota. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News