Ini update asumsi makroekonomi di APBN 2020 hingga kuartal I 2020, apa yang berubah?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan perkembangan indikator dari asumsi dasar ekonomi makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) pada Kamis (30/4).

Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020 di dalam APBN 2020 masih menggunakan asumsi 5,3%. Namun, Kemenkeu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kuartal tersebut masih bisa tumbuh berkisar antara 4,5%-4,7%.

"Pertumbuhan ekonomi domestik kita, yaitu antara 4,5%-4,7%. Apabila masih di atas 4% itu adalah sesuatu yang sangat baik, sehingga bisa menjaga dan mengompensasi kuartal II-2020 yang kami prediksi akan mengalami tekanan cukup dalam," ujar Sri di dalam rapat virtual dengan Komisi XI DPR, Kamis (30/4).


Baca Juga: Evaluasi wabah corona, Jokowi minta sektor kesehatan digenjot di 2021

Menurut Sri, tekanan ekonomi di kuartal II-2020 didukung oleh pelaksanaan berbagai macam langkah-langkah pembatasan sosial. Untuk itu, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020 diperkirakan akan lebih rendah dari asumsi APBN, atau berada pada level 2,3%.

Kemudian, inflasi yang diasumsikan 3,10% sepanjang 2020. Sampai Maret 2020 laju inflasi berada pada level 0,76% secara end of period (eop) dan 2,96% secara year-on-year (yoy).

Asumsi nilai tukar rupiah, awalnya ditetapkan sebesar Rp 14.400 per dolar AS. Namun, sampai dengan 24 April 2020 posisi nilai tukar berada di level Rp 15.553 secara eop, serta rata-rata sebesar Rp 14.432 secara year-to-date (ytd).

Lalu, tingkat suku bunga surat perbendahaaraan negara (SPN) 3 bulan dalam APBN 2020 diasumsikan 5,4%. Namun, realisasi berdasarkan lelang terakhir pada 14 April 2020, tingkat suku bunga SPN 3 bulan berada di level 2,5% eop serta 3,19% secara ytd.

Sampai dengan April 2020, Kemenkeu mencatat terdapat ada 4 lelang penerbitan SPN 3 bulan.

Baca Juga: Menkeu proyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal pertama masih di atas 4%

Editor: Khomarul Hidayat