Ini yang bikin rupiah keok di awal pekan



JAKARTA. Uang panas alias hot money masih mendominasi rupiah. Tak heran jika pergerakan rupiah cenderung fluktuatif dipengaruhi oleh data - data ekonomi global.

Di Pasar Spot, Senin (28/3) rupiah anjlok 0,73% ke level Rp 13.343 per dollar AS dibanding sehari sebelumnya. Sementara kurs tengah Bank Indonesia memperlihatkan rupiah melemah 0,55% di angka Rp 13.323 per dollar AS.

Faisyal, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures memaparkan, rupiah sepi sentimen domestik. Inflasi dalam negeri bulan Maret ini baru akan dirilis tanggal 1 April mendatang. Sebelum rilis data tersebut, rupiah akan didominasi sentimen eksternal.


"Jika data Amerika Serikat (AS) yang dirilis Senin malam bagus, maka rupiah akan melanjutkan tren pelemahan," katanya. Data - data dari AS antara lain Core PCE Price Index serta Personal Spending bulan Februari 2016.

Secara fundamental, kondisi ekonomi dalam negeri sebenarnya masih positif dengan data ekonomi yang cukup bagus dan potensi penurunan harga bahan bakar minyak (BBM). Namun, sejauh ini pergerakan rupiah memang terpengaruh oleh hot money.

Tak heran jika investor uang panas tersebut mengalihkan dananya ke tempat lebih aman ketika ada resiko, seperti kenaikan suku bunga The Fed. "Tetapi jika The Fed nantinya tidak jadi menaikkan suku bunga, rupiah akan kembali menguat," lanjut Faisyal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto