Ini yang Membuat Indonesia Jadi Negara Menarik di Mata Investor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, Indonesia merupakan negara yang menarik di mata investor dunia. Indonesia berada dalam posisi yang lebih suportif didukung pertumbuhan ekonomi yang membaik, harga komoditas yang mendukung, tingkat inflasi terjaga dan kebijakan bank sentral yang akomodatif.

Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Dimas Ardhinugraha mengatakan, berlawanan dengan ekonomi global yang melambat, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan mengalami akselerasi tahun ini didukung normalisasi aktivitas masyarakat.

"Indikator ekonomi terkini terus menunjukkan perbaikan, terlihat dari indeks keyakinan konsumen yang kembali ke level sebelum pandemi dan juga pertumbuhan kredit yang terus menunjukkan perbaikan," kata Dimas dalam keterangan tertulis, Selasa, (2/8).


Baca Juga: Inflasi Juli 2022 Meroket 4,94%, Wamenkeu Suahasil Beberkan Inflasi di Negara Lain

Penguatan harga komoditas utama Indonesia, seperti batubara, juga menjadi faktor positif bagi Indonesia. Sebagai contoh, harga batubara menguat 128% di paruh pertama tahun ini, yang mendukung kinerja neraca perdagangan hingga mencatat rekor surplus.

"Harga komoditas yang suportif akan memberi trickle-down effect ke ekonomi dan positif bagi stabilitas makro ekonomi Indonesia," ujar Dimas.

Selain pertumbuhan ekonomi yang positif, Dimas mengatakan, Indonesia juga diuntungkan tingkat inflasi domestik yang relatif terjaga.

Pemerintah memutuskan untuk menaikkan anggaran subsidi dan kompensasi energi demi menjaga harga listrik bersubsidi dan BBM Pertalite. Kebijakan ini positif untuk menjaga tingkat inflasi dan mendukung daya beli masyarakat.

"Dari sisi APBN, kenaikan anggaran subsidi akan dikompensasi oleh kenaikan pendapatan negara dari sektor komoditas yang tinggi. Tingkat inflasi domestik yang terjaga memberi ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk tidak perlu buru-buru menaikkan suku bunga," ujarnya.

Ini berlawanan dengan bank sentral negara maju yang berlomba-lomba menaikkan suku bunga untuk menghadapi lonjakan inflasi. Inflasi inti menjadi patokan bagi BI dalam menentukan kebijakan suku bunga.

Selain itu, ekspektasi pemulihan ekonomi domestik merupakan katalis positif bagi pasar saham Indonesia. Kondisi ekonomi yang lebih baik akan mendorong perbaikan kinerja keuangan emiten Indonesia, terutama setelah 2 tahun kondisi pandemi yang menekan kinerja emiten Indonesia.

"Walaupun volatilitas jangka pendek tetap dapat terjadi karena sentimen global, pasar saham tetap menawarkan potensi yang menarik di tahun ini didukung perbaikan fundamental," tuturnya.

Menurut Dimas, pasar obligasi bergerak fluktuatif di paruh pertama tahun ini. Sentimen pasar dibayangi oleh naiknya imbal hasil US Treasury dan ketidakpastian di pasar domestik terkait apakah harga BBM dan listrik akan naik dan bagaimana dampaknya terhadap inflasi domestik.

"Positifnya, ke depannya, ekspektasi kenaikan suku bunga Amerika yang sudah diantisipasi oleh pasar dapat membuat volatilitas pasar lebih minimal. Selain itu, naiknya anggaran subsidi dan kompensasi energi juga mengurangi faktor ketidakpastian di pasar domestik," ucapnya.

Dimas mengatakan, di tengah kondisi pasar yang sangat dinamis penting sekali bagi investor untuk memiliki portofolio yang terdiversifikasi untuk meminimalisir risiko dan volatilitas.

"Tinjau kembali profil risiko dan aset alokasi portofolio anda. Pastikan anda memiliki bauran instrumen investasi yang memiliki unsur long-term growth serta instrumen dengan profil risiko yang konservatif untuk menjaga tingkat volatilitas portofolio," ujarnya.

Dimas bilang, muntuk di reksadana, terdapat pilihan yang tersedia bagi investor untuk menyesuaikan dengan profil risiko masing-masing.

"Terdapat reksadana saham yang memberikan unsur pertumbuhan jangka panjang, serta reksadana pendapatan tetap dan pasar uang yang dapat memberikan unsur stabilitas bagi portofolio," imbuhnya.

Baca Juga: Ekonomi Global Tak Pasti, Pemerintah Yakin Ekonomi RI Bisa Tumbuh 5,2%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat