Inilah 3 Cara Kekayaan Anda Diam-Diam Dicuri Menurut Robert Kiyosaki



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Robert Kiyosaki, penulis buku terkenal Rich Dad Poor Dad, baru-baru ini membahas bagaimana kekayaan investor bisa "dicuri" melalui kebijakan pemerintah, agenda manajer aset, dan prioritas eksekutif perusahaan.

Dalam episode Januari 2024 dari Rich Dad Radio Show berjudul "Your Wealth is Being Stolen — Here’s How", Kiyosaki bersama Jared Teach menjelaskan mengapa investasi Anda mungkin tidak seproduktif yang Anda bayangkan.

1. Kebijakan Pemerintah Mengabaikan Kepentingan Pemegang Saham

Ketika Anda berinvestasi dalam sebuah perusahaan, Anda mungkin berpikir bahwa kepentingan Anda sebagai pemegang saham menjadi prioritas utama. Namun, menurut Teach, konsep kapitalisme pemegang saham telah tergeser oleh kapitalisme pemangku kepentingan.


Baca Juga: Robert Kiyosaki Peringatkan Kehancuran Pasar, Lebih Parah Dibanding Tahun 1929

Ia menjelaskan bahwa secara hukum, perusahaan di AS memiliki empat kewajiban fidusia kepada pemegang saham:

  • Duty of Obedience (Kewajiban Kepatuhan)
  • Duty of Information (Kewajiban Informasi)
  • Duty of Loyalty (Kewajiban Loyalitas)
  • Duty of Care (Kewajiban Kepedulian)
Sayangnya, Teach berpendapat bahwa perusahaan saat ini lebih fokus pada kebijakan Environmental, Social, and Governance (ESG) serta Diversity, Equity, and Inclusion (DEI), yang sering kali mengorbankan kepentingan pemegang saham.

“Semua orang menginginkan kesetaraan dan bumi yang lebih baik untuk anak-anak mereka,” kata Teach.

“Namun, ini telah dimanfaatkan sebagai kuda Troya untuk agenda sosial dan politik yang justru merugikan perusahaan,” tambahnya.

2. Manajer Aset Mendorong Kepentingan Mereka Sendiri

Teach mengkritik bagaimana manajer aset menggunakan dana pensiun investor untuk menjalankan agenda mereka sendiri di ruang rapat perusahaan.

Ia menjelaskan bahwa setelah skandal Enron tahun 2001, perubahan regulasi SEC menyebabkan investor yang menanamkan dana melalui manajer aset harus menyerahkan hak suara proksi mereka kepada manajer tersebut.

Namun, menurut Securities Industry and Financial Markets Association, beberapa investor yang bekerja dengan manajer aset masih memiliki opsi untuk memberikan suara mereka sendiri.

Baca Juga: Robert Kiyosaki Peringatkan Krisis Pasar Saham, Apakah Resesi Besar Telah Dimulai?

3. Eksekutif Perusahaan Tidak Mengutamakan Pemegang Saham

Menurut Teach, satu dekade lalu kurang dari 1% eksekutif C-suite dan anggota dewan direksi yang mengaitkan kompensasi mereka dengan target ESG, DEI, atau agenda sosial-politik. Namun, saat ini angka tersebut telah melonjak hingga 75%.

“They went woke on us,” kata Kiyosaki.

“And as they say, you go woke, you go broke,” terangnya.

Dengan kata lain, kapitalisme yang terlalu berfokus pada agenda sosial telah menggeser prioritas perusahaan dari kepentingan pemegang saham ke tujuan politik dan sosial tertentu.

Selanjutnya: Tensi Politik Meningkat, Harga Minyak Bisa Tembus US$ 70 Per Barel?

Menarik Dibaca: Bandung Hujan pada Pagi Hari, Ini Prakiraan Cuaca Besok (18/3) di Jawa Barat

Editor: Handoyo