KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Film
The Last Dance yang ditayangkan ESPN pada bulan April menjadi film dokumenter yang paling banyak ditonton di jaringan televisi tersebut. Berakhirnya masa penayangan 10 seri film tersebut kian melambungkan kepopuleran pebasket Michael Jordan, meski hampir dua dasawarsa telah berlalu sejak Jordan pensiun dari NBA. Dengan kekayaan bersih $ 2 miliar, Michael Jordan adalah mantan atlet profesional terkaya di dunia dan menjadi orang Afrika-Amerika terkaya keempat, menyusul tiga dibelakangnya hanya Oprah, Robert F. Smith, dan David Steward.
Melansir dari townandcountrymag.com, kekayaan Jordan antara lain bersumber dari investasi pebasket legendaris ini membeli Charlotte Hornets tahun 2010. Namun, cuan terbaik Michael Jordan adalah keputusan MJ begitu ia biasa disebut di tahun 1984. Saat itu, produsen sepatu kets atau
sneakers dan apparelnya Nike menawarkan kepada Michael Jordan untuk merancang sepatu basketnya sendiri. Dus, dalam dalam sejarah, peristiwa tersebut adalah kali pertama produsen sepatu menawarkan lini bisnis ke atlet basket. Keputusan ini lantas menjadi cuan bagi Jordan hingga kini. Saat ini, sepatu kets atau
sneakers dengan merek Air Jordan menghasilkan hampir US$ 3 miliar setahun untuk Nike. Keberhasilannya yang besar ini menjadi dasar bagi semua sponsor atlet lain yang mencoba untuk menyalin model bisnis antara Jordan dan Nike Terlepas nama besar dan kepopuleran Michael Jordan, sepatu ketas atau
sneakers Air Jordans juga unik karena memiliki daya tahan cuan alias investasi setelah bertahun-tahun. Itulah kenapa pecinta sepatu kets atau
sneakers serta pemburu cuan invetasi menjadikan
sneakers Air Jordan sebagai investasi jangka panjang yang sepadan dengan tas merek Hermes Birkins dan jam tangan Rolex. Sepasang Air Jordans yang dikenakan Michael Jordan pada tahun 1985 semisal, laku terjual dalam lelang Sotheby minggu lalu dengan harga setengah juta dollar AS atau US$ 560.000. Dengan kurs Rp 14.300 per dollar AS, nilai sepatu kets (sneakers) itu setara Rp 8 miliar! Sotheby dalam keterangannya mengaku melihat peluang tepat dengan popularitas film The
Last Dance, serta kesuksesan penjualan sepatu olahraga langka dengan Stadium Goods musim panas lalu.
Baca Juga: Inilah merek sneakers lokal yang jadi buruan milenial "Sepatu kets telah menjadi bagian penting dari budaya global. Dan, pasar menyambutnya. Selama dekade terakhir, kami melihat ledakan pentingnya benda-benda mewah sebagai koleksi, dan kolektor lebih terbiasa dengan kategori tradisional di Sotheby," ujar Brahm Wachter, Direktur Pengembangan eCommerce Sotheby. Situs penjualan kembali
sneakers seperti StockX dan GOAT juga melaporkan lonjakan penjualan setelah debut film dokumenter ESPN itu. Hebatnya, nilai
sneakers Air Jordans masih terus meningkat, dan tetap menjadi rebutan dengan kenaikan cuan yang menigkat selama bertahun-tahun. Jesse Einhorn, ekonom senior di StockX mengatakan, lebih dari 80%,
sneakers Jordans yang mereka jual meningkat nilainya selama setahun terakhir. “Selusin model Air Jordan nilainya lebih dari US$ 500, lebih dari seratus
sneakers Jordan, nilainya dua kali lipat ketika dijual kembali,” ujarnya. Hitungan StockX, rata-rata penjualan terlaris Jordan, harga jual kembali naik 27% selama setahun terakhir. Yang juga menarik, StockX juga mencatat penggemar
sneakers Jordan juga berkembang sampai ke anak anak muda yang sejatinya masih terlalu muda untuk menjadi penggemar Michael Jordan dalam karir NBA.
Baca Juga: Edan, lelang sepatu Air Jordan tembus Rp 8,2 miliar Ini pula yang menjadikan investasi
sneakers Air Jordan akan punya napas panjang. Bukti itu nampak dengan sepatu kets atau
sneakers Air Jordan tetap masih merupakan merek terlaris. “Ini jelas akan menjadi investasi jangka panjang dengan penggemar muda,” ujar analis StockX itu. Einhorn bahkan menyebut Michael Jordan, dan merek yang menyandang namanya, telah mencapai status mistis dalam budaya penggemar muda sneakers AS,” ujar analis StockX itu. Einhorn bahkan menyebut Michael Jordan, dan merek yang menyandang namanya, telah mencapai status mistis dalam budaya Amerika. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Titis Nurdiana